Menyoal rindu, aku selalu ingin memeluknya. Merengkuhnya erat supaya tak lepas. Kemudian menitipkannya pada sudut-sudut bantal yang dingin.
Rindu itu basah kuyup setiap hujan mendera. Memberiku ingat bahwa setiap malam awan selalu melepas tangis. Membanjiri tiap-tiap celah malam untuk menyelipkan angan.
Satu hal yang penting. Bahwa rindu tidak ingin diketahui barang secuil.
Barangkali sedikit saja aku ingin memberitahunya, bahwa dia adalah partikel ada.
Namun sungguh naas, rindu tetap bersikeras.
Nyatanya rindu sudahlah cukup untuk merindu.
Ia tidak berharap untuk berbalas