Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Sudah Cukup

Diperbarui: 10 Februari 2019   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com/ericmorphy

Menyoal rindu, aku selalu ingin memeluknya. Merengkuhnya erat supaya tak lepas. Kemudian menitipkannya pada sudut-sudut bantal yang dingin.

Rindu itu basah kuyup setiap hujan mendera. Memberiku ingat bahwa setiap malam awan selalu melepas tangis. Membanjiri tiap-tiap celah malam untuk menyelipkan angan.

Satu hal yang penting. Bahwa rindu tidak ingin diketahui barang secuil.

Barangkali sedikit saja aku ingin memberitahunya, bahwa dia adalah partikel ada.

Namun sungguh naas, rindu tetap bersikeras.

Nyatanya rindu sudahlah cukup untuk merindu.

Ia tidak berharap untuk berbalas




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline