Kesadaran diri, adalah keadaan dimana seseorang memahami diri sendiri dengan setepat-tepatnya. Seseorang dikatakan mempunyai kesadaran diri jika orang tersebut dapat memahami dirinya baik fisik maupun psikis, termasuk emosi dan keadaan yang sedang dirasakan. Orang yang sedang berada dalam kesadaran diri memiliki kemampuan memonitor diri, yakni mampu membaca situasi diri dan orang lain.
Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), pemahaman (sense of self) sering juga disebutkan seperti diri (self-concept), yaitu suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Sementara itu, Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Atwater mengidentifikasikan konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image. Yaitu kesadaran tentang tubuhnya. Kedua, ideal self. Yaitu bagaimana cita-cita dan harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self. Yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir bahwa diri dapat dijelaskan melalui banyak karakteristik, misalnya seperti ukuran, bentuk, dan warna. Mereka membedakan diri mereka dari orang lain dengan banyak persepsi.
Aktivitas fisik juga merupakan komponen utama pada masa kanak- kanak awal. Sebagai contoh, anak-anak prasekolah sering menggambarkan diri mereka dalam bentuk aktivitas seperti permainan. Singkatnya, pada masa kanak-kanak awal, anak sering menyediakan atribut ekspresi diri yang melibatkan tubuh, harta benda, dan motorik.
Sepanjang masa pertengahan dan akhir anak-anak, anak secara aktif dan terus menerus mengembangkan dan memperbaharui pemahaman tentang diri (sense of self), yaitu suatu struktur yang membantu anak mengorganisasi dan memahami tentang siapa dirinya, yang didasarkan atas berbagai persepsi baik internal maupun eksternal.
Walaupun anak biasanya menggambarkan diri mereka dalam fitur yang konkret dan cenderung melalui tindakan, pada usia sekitar 4-5 tahun, ketika mereka mendengar orang lain menggunakan sifat psikologis dan istilah emosi, mereka mulai memasukkan hal tersebut dalam deskripsi diri mereka.
Deskripsi diri anak biasanya positif, namun tidak realistis (Harter, 2006). Optimisme tersebut terjadi karena mereka belum membedakan antara kompetensi yang diinginkan dan kompetensi mereka sebenarnya. Mereka cenderung tidak terlibat secara spontan dalam perbandingan sosial akan kemampuan mereka dengan kemampuan orang lain.
Jadi, setiap anak pada hakikatnya mempunyai keistimewaannya masing-masing, karena itulah kepribadian. Kesadaran diri, termasuk dalam elemen yang tidak lepas hubungannya dengan proses perkembangan anak.
Mengenai kapan dan bagaimana konsep diri anak berkembang, bayi akan mulai menangkap pola konsisten yang membentuk konsep dasar tentang dirinya dan orang lain bergantung pada pengasuhan yang ia dapat kan. Kemudian juga bergantung pada bagaimana ia merespon emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terkait dengan pengalaman sensori motorik yang berperan penting dalam pengorganisasian diri.
Semoga bermanfaat