Lihat ke Halaman Asli

Jual Buku Dari Dalam Penjara

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Karena buku-buku yang dijualnya dianggap makar & menghina Penguasa & Pejabat negara maka Abu Ramadhan mendapat celaka. Dengan kekuasaan otoriter, sang Pejabat memerintahkan prajurit intelijennya langsung menangkap, menyeret Abu Ramadhan & dijebloskan ke penjara. Saat itu Abu Ramadhan sedang berada di perpustakaan untuk menawarkan buku-buku dagangannya kepada Pustakawan di situ. Ketika para pasukan intelijen bersenjata lengkap itu tiba, ia sedang menjual buku.

Tanpa surat perintah penangkapan dari Kepolisian atau dari Pengadilan, mereka langsung menyeret Abu Ramadhan sesuai dengan perintah sang Pejabat Tinggi. Abu Ramadhan tidak bisa berkutik. Kini ia mendekam di penjara. Dia resah memikirkan bagaimana harus menghidupi keluarganya. Sedangkan penghasilan istrinya tidak cukup untuk membeli beras dan kebutuhan hidup putra-putrinya. Abu Ramadhan tahu bahwa istrinya pasti sangat sedih dan khawatir karena sudah beberapa hari tidak pulang, bahkan sekedar menghubungi istri dan anak-anaknya melalui telepon saja tidak diijinkan.

Tidak ada yang dapat dilakukan di dalam penjara kecuali melarikan diri. Abu Ramadhan tidak dapat memejamkan mata dan tidak mau makan. Ia tidak makan melainkan hanya sedikit saja. Sudah tiga hari ini dia meringkuk di dalam sel. Dia mulai linglung & sangat murung. Menjelang petang Abu Ramadhan memanggil seorang penjaga. "Apakah kamu bisa membantuku?" kata Abu Ramadhan memulai pembicaraan.

"Apa?" kata penjaga itu garang.
"Aku pinjam pulpen dan kertas. Aku ingin menulis surat untuk istriku di rumah. Ini surat wasiat, hanya dia saja yang boleh membacanya."

Penjaga itu berpikir & pergi meninggalkan Abu Nawas. Ternyata penjaga itu menghubungi Komandan pasukan melaporkan kejadian itu. Mendengar laporan dari penjaga, Komandan pasukan intelijen segera menyediakan apa yang diminta Abu Ramadhan. Sang Komandan langsung melapor kepada Pejabat tinggi majikannya. "Bagus, laksanakan! Kali ini kita bisa membongkar jaringan Abu Ramadhan beserta seluruh simpatisannya" jawab Pejabat Tinggi itu mantab. Surat Abu Ramadhan itu disimpan dalam amplop tertutup & dititipkan kepada penjaga untuk diantar ke rumah. Surat itu berbunyi sebagai berikut:

"Istriku, juallah semua buku-buku yang ada di gudang kita (sekira 7 ribu buku-red) karena aku menyembunyikan sesuatu di sana. Rahasia itu terselip dalam buku yang terakhir terjual & seorang akan datang berpura-pura membeli buku itu. Jangan certakan ini kepada siapapun, hanya kita berdua yang tahu."

Tentu saja surat itu dibaca oleh Pejabat Tinggi karena dia ingin tahu apa sebenarnya rahasia itu. Setelah membaca surat itu si Pejabat Tinggi ini merasa puas dan langsung memerintahkan Komandan intelijen istana untuk mengantar surat sekaligus memborong semua buku di lapak istri Abu Ramadhan. Hari berikutnya, puluhan pasukan berpakaian preman berangkat dan satu per satu memborong habis semua buku di lapak istri Abu Ramadhan. Istri Abu Ramadhan merasa sangat keheranan sambil menghitung uang hasil penjualan yang sangat banyak itu. Bagaimana dalam sehari sejumlah 7000 eksemplar buku dagangannya bisa habis terjual?

Seminggu kemudian Abu Ramadhan menerima surat dari istrinya. Surat itu berbunyi: "Syukur kepada Allah, semua buku-buku di gudang kita habis terjual dalam sehari. Aku tidak mengerti bagaimana bisa tiba-tiba datang banyak sekali pembeli dan semuanya pria. Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Rupanya istri Abu Ramadhan belum mengerti siasat suaminya. Tetapi dengan bijaksana Abu Ramadhan membalas surat itu: "Sekarang simpanlah semua uang itu dan kamu bisa menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kita." Kali ini sang Pejabat Tinggi itu menolak untuk membuka amplop surat Abu Ramadhan lagi. Komandan pasukan intelijen istana juga dipecat. Abu Ramadhan memang sangat cerdik, dia berhasil menafkahi keluarganya dari dalam penjara.

www.perpustakaan.kemenkeu.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline