Lihat ke Halaman Asli

F. I. Agung Prasetyo

Desainer Grafis dan Ilustrator

Ritual Sebuah Terong

Diperbarui: 31 Juli 2021   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay/softcodex

Sontak sepenggal dunia membelanjakan imannya
Untuk sebuah terong: Penganutnya berkomat-kamit membisikkan nyalinya
Untuk memasuki gua yang pertama di malam purnama.
Dan gua-gua lainnya di masa yang hampir sama. 

Sang empu dukun ahli terong menjilat minyak
Mengelus buah terong umatnya,
Mendandaninya supaya lebih kuat
Memujanya bagai dewa  
Memberinya sesaji dan suplemen makan-makanan
Membesarkannya, merawatnya, memijitnya 

"Mengapa kau menundukkan kepala?" tanya umat yang tidak bertaqwa :
"Karena aku memuja terongku
Dan darinya aku menuju surga" 

Agama terong lelah berkusyukan malam hari,
Meringsek sepanjang dua insan bisa sibuk bersahutan di arah temaram.  
Karena sabda pemuka :
Karena sungguh, perawan di muka ini begitu banyaknya
wira-wiri menarik ulur permen karet di liang lidahnya
Menggoda nyawa ular hinggap di langit-langit kepala 

Syahdan, gaji pertama pun tertukar air suci pengguyur dahaga hati. : demi terongisme.
Yang gemar berdiri di gelap hari.
Yang membelalak bila kain beralih mini. 

/2010 

Judul ini dibuat karena prihatin berita ttg beberapa aliran sesat yang berkembang saat itu...semoga umatNya yang lain tetap menjaga keyakinannya. Amin.Tayang sebelumnya di situseni.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline