Lihat ke Halaman Asli

Katakan Tidak jika Dituduh Korupsi

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bahasa Indonesia rasanya adalah bahasa paling mudah untuk memelesetkan atau mempermainkan kata-kata. Orang Inggris boleh tidak setuju, tapi bagi saya lebih sulit memelesetkan kata-kata dalam bahasa Inggris. Ya iyalah.

Permainan kata-kata itu pun menjadi bagian dalam politik Indonesia. Akibatnya para pelaku politik harus berhati-hati dalam berprilaku agar tidak menjadi korban bullying rakyatnya sendiri yang kreativitasnya sudah diakui dunia.

Masih lekat dalam ingatan pada masa Reformasi 1998 saat Harmoko dipelesetkan sebagai 'hari-hari omong kosong'. Sangat pas dan sangat lucu. Menteri Penerangan kabinet Pak Harto ini selalu tampil di TVRI dan mengawali pidatonya setelah sidang kabinet dengan, "Menurut petunjuk dari Bapak Presiden." Ia benar-benar menghabiskan hari-harinya dengan menyampaikan segala hal dari harga bawang merah hingga cabai keriting tanpa perlu bertanggung-jawab atas isi pidatonya. Apalagi sebagai Menteri Penerangan wajar jika beliau tahu betul ungkapan 'isi berada di luar tanggung-jawab penerbit'.

Orang yang pertama kali memelesetkan nama beliau pastilah sangat kreatif; atau justru tidak perlu kreativitas sama sekali karena saking sesuainya persepsi orang dan realitas yang ada saat itu dengan nama beliau.

Dan sekarang iklan kampanye Pemilu 2009 Partai Demokrat dengan tema 'Katakan Tidak pada Korupsi' yang diperankan Angelina Sondakh dan kawan-kawan terpaksa mendapatkan gilirannya.

Persepsi orang terhadap informasi dan realitas yang terjadi saat ini membuat iklan tersebut tampak konyol. Seperti di dalam iklan, Angie berulang-kali mengatakan tidak saat menjadi saksi. Hanya intonasinya saja yang lebih lembut, barangkali demi menghormati majelis Hakim, "Tidak benar yang Mulia."

Tentu tidak hanya Angie. Anas Urbaningrum pun mengatakan tidak saat ditanya wartawan mengenai keterlibatannya, sama seperti dalam iklan. Nazaruddin juga sama cuma sepertinya dia tidak tampil di dalam iklan tersebut --telat ikut casting, barangkali.

Seperti dejavu, saat ini banyak kader demokrat yang harus mengulang untuk mengatakan tidak seperti di dalam iklan. Bahkan karena terlalu sering wartawan mengejar-ngejar dan menanyakan hal yang sama, mereka terpaksa 'tutup telinga dan katakan, Tidak!'

Jika sekiranya iklan tersebut hendak dibuat sequelnya untuk Pemilu 2014, sepertinya waktu produksinya akan lebih cepat karena tidak akan banyak terjadi pengulangan pengambilan gambar. Sayangnya, Ketua DPP Demokrat Sutan Bhatoegana sudah menyatakan iklan tersebut tidak akan digunakan lagi karena bersifat pasif.

Sutan Bhatoegana sudah sangat tepat. Iklan yang  mengatakan tidak itu mudah sekali dipermainkan. Sudah biasa kita mendengar banyolan orang yang menolak sesuatu dengan "Tidak...tidak di sini!" Atau, "Tidak...jangan gunakan nama asli." Atau, "Tidak...masih kurang kalau cuma segitu." Dan masih banyak lagi.

Seandainya dulu iklan tersebut bersifat aktif tentu narasinya akan berbunyi, "Buka telinga dan katakan Ya pada Pemberantasan Korupsi!" Dan barangkali sekarang Angie akan lebih banyak mengatakan ya di depan penyidik KPK dan mau bekerja sama secara aktif. Demikian juga mungkin yang lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline