Lihat ke Halaman Asli

Kemal Syahid

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Menggali Kedalaman dan Hubungan antara Retorika dan Dakwah

Diperbarui: 19 Juni 2024   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hubungan antara retorika dan dakwah merupakan sebuah perpaduan yang kaya akan makna dan implikasi dalam konteks komunikasi agama. Retorika, sebagai seni dan ilmu berbicara, menyediakan landasan bagi berbagai bentuk dakwah yang efektif, baik melalui komunikasi lisan maupun tulisan. Disajikan oleh Kemal Syahid Mubarok dan Dr. Syamsul Yakin, seorang Mahasiswa dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam konteks dakwah bil lisan, retorika memberikan panduan dalam menggunakan bahasa yang indah dan persuasif untuk mempesona mad'u, atau pendengar dakwah. Sebaliknya, dakwah bil kitabah menggambarkan bagaimana retorika memanfaatkan kekuatan tulisan untuk menyampaikan pesan-pesan agama secara jelas dan meyakinkan.

Retorika juga memperkenalkan konsep komunikasi nonverbal, yang dalam dakwah dikenal sebagai dakwah bilhal. Dakwah ini tidak hanya terjadi dalam interaksi tatap muka konvensional, tetapi juga melalui media sosial dan platform online lainnya. Dalam hal ini, dakwah bilhal menekankan pentingnya keteladanan atau role model, yang tercermin dalam bahasa tubuh dan gerakan, sebagai bagian dari komunikasi yang efektif.

Kedua disiplin ini, retorika dan dakwah, mengalami perkembangan dari aspek kebudayaan dan keagamaan menjadi ilmu yang sistematis dan logis. Sama seperti retorika berkembang dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara, dakwah juga mengalami transformasi menjadi ilmu dakwah yang menyediakan pendekatan yang terukur dan terverifikasi dalam menyampaikan pesan-pesan akidah, syariah, dan akhlak.

Tujuan dari keduanya pun memiliki kesamaan dalam aspek edukatif, informatif, persuasif, dan rekreatif. Retorika mengajarkan cara menyampaikan pesan secara efektif, sementara dakwah menggunakan metode seperti bilhikmah, ceramah, dan diskusi untuk mencapai tujuan persuasif dengan lemah lembut.

Tidak hanya itu, persyaratan dalam pengembangan kedua bidang ini juga serupa, mengedepankan penggunaan bahasa baku, berbasis data, dan riset yang mendalam, terutama dalam menghadapi mad'u yang semakin kritis dan rasional. Seperti Aristoteles yang memperkenalkan pathos, logos, dan ethos dalam retorika, para dai juga diharapkan memiliki kecakapan intelektual dan spiritual dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan penuh kearifan.

Dengan demikian, integrasi antara retorika dan dakwah bukan hanya saling melengkapi, tetapi juga menawarkan pendekatan yang holistik dalam berkomunikasi. Dakwah tanpa retorika dapat kehilangan daya tarik dan efektivitasnya, sementara retorika tanpa muatan dakwah bisa menjadi hampa dan tak bermakna dalam konteks agama. Dengan memahami kedalaman hubungan ini, kita dapat mengoptimalkan penggunaan keduanya untuk mencapai tujuan dakwah yang lebih luas dan berdampak positif dalam masyarakat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline