Lihat ke Halaman Asli

Kemal Syahid

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Memperluas Ruang Lingkup Dakwah: Strategi, Metode, dan Implikasinya dalam Era Modern

Diperbarui: 19 Juni 2024   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ruang lingkup dakwah merujuk pada cakupan luas materi yang dikaji dan diperluas untuk memahami serta melaksanakan prinsip-prinsip dakwah dalam berbagai konteks kehidupan. Disajikan oleh Kemal Syahid Mubarok dan Dr. Syamsul Yakin seorang Mahasiswa dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dakwah, secara etimologis, berasal dari bahasa Arab yang berarti "memanggil" atau "menyeru", menggambarkan sebuah aktivitas yang melibatkan dua pihak utama: da'i (pengajak) dan mad'u (yang diajak). Implementasi dari konsep ini menghasilkan kerja keras dan karya besar yang membentuk komunikasi khas, di mana seorang mubaligh (komunikator) menyampaikan pesan-pesan yang bersumber dari ajaran al-Qur'an dan al-Sunah, dengan tujuan mendorong komunikan untuk berbuat amal saleh sesuai dengan pesan-pesan tersebut.

Secara ontologis, dakwah mengandung makna tertinggi sebagai bentuk komunikasi yang unik di mana seorang mubaligh menyampaikan pesan-pesan yang sesuai dengan ajaran agama. Referensi utama bagi dakwah dapat ditemukan dalam al-Qur'an dan al-Hadits, menjadikan metode bayani sebagai landasan untuk menjelaskan persoalan-persoalan dakwah yang terungkap dalam ayat-ayat al-Qur'an, hadits Nabi, dan pemahaman ulama.

Dari perspektif aksiologis, dakwah memberikan banyak manfaat, baik bagi da'i maupun mad'u. Manfaat tersebut meliputi penghapusan kewajiban berdakwah bagi da'i, serta pahala baik di dunia dan di akhirat.

Ruang lingkup dakwah juga mencakup berbagai bentuk yang berbeda. Pertama, dakwah bil lisan, yang dilakukan secara verbal dengan fokus pada ajaran akidah, ibadah, dan akhlak. Kedua, dakwah bilhal, menitikberatkan pada tindakan nyata di berbagai bidang seperti sosial, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Bentuk ini memiliki dampak yang lebih langsung terhadap mad'u dibandingkan dengan dakwah bil lisan. Ketiga, dakwah bilqalam, yang dilakukan melalui tulisan atau literasi dakwah.

Unsur-unsur dakwah, yang terdiri dari dai, mad'u, materi dakwah (maddah), media dakwah, metode dakwah, dan efek atau pengaruh dakwah, saling terkait satu sama lain dalam mendukung efektivitas dakwah. Dai, sebagai pelaku utama, dituntut untuk memiliki kecakapan intelektual dan spiritual serta menjadi teladan bagi mad'u. Mad'u, sebagai mitra dakwah, berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Materi dakwah meliputi akidah, syariah, dan akhlak yang diambil dari al-Qur'an, hadits Nabi, dan karya ulama.

Media dakwah terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman, mulai dari media tradisional hingga media baru seperti internet dan media sosial. Metode dakwah, seperti bil hikmah, ceramah, dan diskusi, dipilih berdasarkan sasaran dakwah yang beragam. Efek atau pengaruh dakwah diukur dari hasil yang dicapai dengan menggunakan teknik, strategi, dan pendekatan tertentu.

Ruang lingkup dakwah juga mencakup pendekatan, strategi, metode, dan teknik dakwah. Pendekatan dakwah melibatkan cara pandang terhadap masalah-masalah dakwah dalam konteks sosial, budaya, dan agama. Strategi dakwah berkaitan dengan perencanaan yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan dakwah, sementara metode dakwah memilih cara-cara yang tepat untuk mencapai sasaran dakwah. Teknik dakwah, sebagai implementasi dari metode yang dipilih, mencakup praktik dari A sampai Z dalam proses berdakwah.

Sasaran utama dari dakwah adalah umat manusia secara luas, sebagaimana terlihat dalam sejarah umat manusia yang dimulai dengan Nabi Adam sebagai manusia pertama yang beragama Islam. Faktor-faktor keberhasilan dakwah meliputi pemanfaatan teknologi, keakuratan pendekatan, strategi, metode, serta pengembangan bahasa retorika dakwah. Selain itu, ruang lingkup dakwah juga mempertimbangkan hubungan dengan ilmu-ilmu lain yang serumpun seperti sosiologi, antropologi, psikologi, politik, dan ilmu retorika yang semuanya berkontribusi dalam memperluas pemahaman dan praktik dakwah.

Dengan memperluas ruang lingkup dakwah ini, diharapkan dakwah dapat menjadi lebih inklusif, adaptif, dan efektif dalam menyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakat luas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline