[caption caption="Dok. Pri | Rizki Ketika Ditemui Di Sekolahnya SMA N 1 Cibungbulang, Kab. Bogor"][/caption]Batu Loncatan Itu Bernama Pramuka
Matanya terlihat begitu penuh semangat dan antusias, ketika berbagi pengalamannya dalam berbagai acara. Sosok anak lelaki yang tinggi semampai itu, tegas namun santai dalam menjawab beberapa pertanyaan yang ku lontarkan kepadanya. Walau hari sudah siang, namun semangat untuk membagi pengalaman begitu mengalir hingga panasnya siang itu tidak begitu terasa.
Muhammad Rizki Dwi Agustin namanya, anak lelaki dihadapanku itu adalah seorang anak kelas XII IPA SMA N 1 Cibungbulang. Rizki, begitulah ia disapa oleh para guru dan teman-teman sebayanya. Rizki adalah anak yang cukup banyak mengantongi prestasi sedari SD hingga SMA, tercatat ia pernah menyabet nilai tertinggi UASBN pada tahun 2009 di sekolahnya.
“Harapan untuk kedepannya adalah melanjutkan pendidikan setelah SMA saja, kalau berbicara keinginan sendiri, saya sangat ingin masuk akademi kepolisian. Kalau tidak, saya ingin seperti teteh Nurika (kakak perempuan Rizki) yang berkuliah di IPB jurusan kehutanan. Pun bila nanti belum ada kesempatan untuk melanjutkan, saya akan jadi kakak pembina pramuka saja di sekolah.” ujar sang juara satu kelas, tidak tanggung-tanggung tiga tahun berturut-turut ia borong ketika bangku SMP.
Ada harapan yang tinggi dalam jiwa anak lelaki ini, namun ada hal yang menarik ketika ia menyatakan yang seperti sebuah kepasrahan, akan tetapi ada semangat didalamnya, yaitu “ingin menjadi kakak pembina pramuka”.
Sempat heran dengan keinginannya menjadi pembina pramuka, karena sudah berapa lama ia terjun dalam bidang kepramukaan? Lalu apa manfaatnya menjadi seorang kakak pembina pramuka? Banyak sekali pertanyaan dalam benak ini ketika itu, namun pertanyaan tersebut satu persatu diterjawab dengan sendirinya, karena ketika aku menyemuinya (16/10/15) disekolahnya yang berada di kecamatan Cibungbulang, Bogor.
Takdir Menuntunnya Menjadi Seorang Anggota Pramuka dengan Pandangan Luas
Awal mula Rizki ceritakan adalah ketertarikannya kepada pramuka karena ketika baru saja ia masuk SMA, kemudian ditugaskan menjadi anggota PASKIBRA sekolah, ia tidak begitu tertarik seperti ketika SMP, bahkan ia dan teman-temannya mendapatkan juara harapan tingkat kota Bogor, yang dilaksanakan disalah satu sekolah yang cukup ternama di Bogor. Akan tetapi, menurutnya PASKIBRA ketika di SMA yang tidak memiliki pembimbing sama seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Karena dari itu, ia memutuskan untuk keluar dari anggota PASKIBRA. Akan tetapi ia dihadapkan untuk memilih ulang ekstra kulikuler sekolah selain PASKIBRA, dari beberapa pertimbangan maka ia memilih Pramuka sebagai ekstra kulikuler pilihannya kala itu.
Awalnya saya berfikir bahwa itu bentuk pelarian, namun Rizki tidak berpandangan seperti itu. Ia memiliki penilaian lain terhadap Pramuka kala itu, menurutnya Pramuka adalah ekstra kulikuler yang sangat Indonesia, tak hanya itu ia juga beranggapan bahwa Pramuka memiliki dimensi yang luar untuk merangkul seluruh masyarakat.
Pertama, ia menggambarkan dimensi seni dan budaya lokal dalam pramuka, dimana ketika pertama kali ia masuk pramuka, ia dihadapkan mewakili sekolahnya untuk berpartisi dalam lomba tari daerah.
[caption caption="Dok. Pri | Rizki dengan beberapa adik binaan pramuka"]
[/caption]