Pernahkah anda mendengar istilah mikroplastik? Lalu, apa yang dimaksud dengan mikroplastik? Dari mana asalnya? Berbahayakah mikroplastik itu?Istilah mikroplastik mungkin asing bagi sebagian besar orang. Sesuai dengan namanya, mikroplastik adalah potongan-potongan plastik yang berukuran kurang dari 5 mm. Tapi jangan salah, meskipun kecil, mikroplastik kini menjadi salah satu pencemar yang berbahaya terutama di lautan.Potongan-potongan kecil puing-puing plastik pertama dilaporkan pada permukaan laut pada awal tahun 1970. Dua orang peneliti, Ryan dan Moloney menggambarkan limpahan fragmen di garis pantai pada 1980-an sebagai mikroplastik.
Mikroplastik berasal dari plastik yang terdegradasi akibat sinar ultraviolet dan proses mekanis sehingga menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Mikroplastik dapat berasal dari sampah-sampah plastik, serat kain sintetis, maupun microbeads atau butiran plastik yang terdapat pada kosmetik, sabun cuci muka, pasta gigi, dan lainnya. Oleh karena sumbernya yang beragam, bentuk mikroplastik dapat berupa butiran (berasal dari puing-puing plastik) dan serat (berasal dari kain sintetis).
Sampah plastik yang jumlahnya meningkat dari waktu ke waktu menjadi permasalahan yang dihadapi negara Indonesia saat ini. Kebiasaan masyarakat yang suka membuang sampah tidak pada tempatnya juga menambah potensi terbentuknya mikroplastik di lautan. Saat musim hujan, sampah yang dibuang sembarangan akan terbawa aliran air ke selokan, sungai, dan berakhir di laut. Selanjutnya, terjadilah proses degradasi sampah-sampah plastik menjadi mikroplastik yang akhirnya mengendap di laut atau termakan oleh organisme laut.Mikroplastik, sesuai dengan namanya ‘mikro’ maka tidak dapat dilihat hanya dengan mata telanjang.
Hal ini membuat hewan-hewan di laut menganggapnya makanan atau memang secara tidak langsung akan terserap ke dalam tubuh hewan-hewan laut tersebut. Sementara, masyarakat mengonsumsi beberapa hewan laut seperti ikan, udang, kerang dan lainnya sebagai salah satu sumber nutrisi yang bergizi. Namun, apa jadinya apabila hewan-hewan laut yang sudah mengonsumsi mikroplastik, dikonsumsi lagi oleh masyarakat? Bukankah hal ini seperti rantai makan yang berbahaya, ketika masyarakat memakai plastik, membuangnya, mengapung di laut dan terurai jadi mikroplastik, lalu akan berakhir ke perut mereka sendiri lewat sumber makanan yang tercemar.
Say goodbye for Sushi !
Say goodbye for Ikan Bakar !
Say goodbye for Pepes Ikan !
Penanggulangan sampah plastik tidak dapat hanya mengandalkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), namun harus dari sumber perilakunya, yaitu mengurangi penggunaan plastik itu sendiri. Memulai hidup tanpa plastik merupakan salah satu langkah tepat. Oleh karena itu, salah satu faktor penghambat penanggulangan jumlah mikroplastik yang ada di Indonesia adalah penggunaan plastik masyarakat itu sendiri dan pola pikir masyarakat yang masih menganggap sampah plastik yang digunakan dapat diatasi hanya dengan 3R. Edukasi dan kampanye tentang pembatasan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu langkah awal dan dapat dilakukan secara langsung dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari yang akan menyebabkan masalah mikroplastik ini sebaiknya dimulai dengan menutup salahsatu keran sumber masalah, yaitu penggunaan sampah plastik domestik. Sebenarnya hal tersebut dapat dimulai dengan cara sederhana yaitu dilakukan dimulai dari hal terkecil, dari diri sendiri, dan mulai saat ini. Yuk kita berpartisipasi !
1.Menggunakan Tumblr, dan mengurangi pemakaian produk dengan bungkus sekali pakai seperti botol plastik dan styrofoam.
2.Menghindari menggunakan sedotan plastik saat minum.