Lihat ke Halaman Asli

Kelik Wardiyono

Pendidik di SMAIT Ibnu Abbas Klaten

Menemukan Visi

Diperbarui: 10 Januari 2025   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

“Agama ini akan sampai pada apa yang dicapai oleh malam dan siang (maksudnya seluruh dunia). Allah tidak akan melewatkan satu rumah pun di desa maupun di kota, kecuali Allah akan memasukkan agama ini dengan kemuliaan orang yang mulia dan kehinaan orang yang hina. Kemuliaan yang Allah muliakan dengan Islam dan kehinaan yang Allah hinakan dengan kekufuran” (H.R. Ahmad dari Tamim ad Dariy)

       Hadits di atas adalah salah satu gambaran jelas masa depan Islam yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Banyak hadist lain dari perjalanan hidup beliau yang menjelaskan gambaran masa depan. Salah satu contoh lainnya adalah ketika beliau mengabarkan pembebasan Konstantinopel yang pada akhirnya baru terjadi beberapa abad setelah beliau wafat.

       Gambaran jelas masa depan sebagaimana disampaikan dalam hadits tersebut, dalam kacamata manajemen dan kepemimpinan bisa disebut dengan Visi. Dr. Thariq Muhammad as Suwaidan dalam buku Sukses Menjadi Pemimpin Islami menyatakan bahwa visi adalah gambaran akal yang menyifati kondisi masa depan yang didambakan, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu setelah terjadinya pada saat ini. Kemampuan ini mendorong manusia untuk berinovasi dan berkreasi untuk mencapai sesuatu yang belum dicapai. Visi adalah kemampuan manusia untuk mewujudkan apa yang ada di alam imajinasi. Sementara itu, dalam mengembangkan imajinasi, Robin Sharma dalam buku The Monk Who Sold His Ferrari menyatakan bahwa  segala sesuatu selalu diciptakan dua kali; pertama dalam pikiran dan kemudian baru dalam realita.

       Nabi mendapatkan gambaran masa depan dan visi dakwahnya dituntun oleh wahyu Tuhan. Sementara kita sebagai manusia biasa, bagaimana kita bisa menemukan Visi?

       Stephen R Covey dalam The 8th Habit telah mempelajari para pemimpin besar dunia dan menemukan bahwa visi atau arah hidup panggilan jiwa mereka biasanya berkembang pelan-pelan. Secara umum visi itu datang ketika orang merasakan adanya kebutuhan, lalu nurani mereka mendorong mereka untuk menanggapi kebutuhan tersebut dan mereka menuruti bisikan nurani mereka, dan ketika mereka memenuhi kebutuhan itu, mereka melihat kebutuhan baru, lalu memenuhinya, lalu melihat kebutuhan yang lain lagi dan seterusnya. Pada akhirnya mereka mulai melakukan generalisasi terhadap pemahaman mereka akan kebutuhan tersebut dan mulai memikirkan cara untuk melembagakan upaya mereka agar upaya tersebut bisa berlanjut.

       Ketika manusia terilhami dengan tujuan yang mulia atau proyek perbaikan umat yang luar biasa, maka pikirannya akan terpantik memecahkan setiap penghalang dan masalah yang merintanginya, kesadaran akan terbangun, motivasi akan membuncah dan vitalitas kerjapun akan mengalir dengan deras. Kenyataanya, hanya sedikit di antara kita yang bisa melakukan hal-hal besar. Namun sebagaimana kata bunda Teresa, semua orang di antara kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar

Alternatif Poin Tindakan: Asah nurani dan pikiran anda untuk melihat kebutuhan menjayakan Islam dan kaum muslim di masa depan serta kontribusi kemanfaatan itu untuk kemanusiaan dan dunia yang lebih baik, latih kepedulian terhadap lingkungan, bangun mindset kebermanfaatan yaitu sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Kemudian, lakukan hal itu dengan penuh cinta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline