Lihat ke Halaman Asli

Kelik Wardiyono

Pendidik di SMAIT Ibnu Abbas Klaten

Denyut Perubahan

Diperbarui: 20 Mei 2024   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka (Q.S. Ar Ra'du/13:11)

       Apa yang berbeda dalam pembelajaran dan lembaga pendidikan pada hari-hari ini?.

       Kurikulum merdeka yang bertansformasi menjadi kurikulum nasional merupakan isu menarik dalam  perubahan pola pembelajaran sekaligus menawarkan perubahan ke arah lebih baik bagi insan pendidikan di masa mendatang. Pembelajaran yang berpusat pada siswa, pelibatan siswa sebagai agen perubahan dan transformasi pembelajaran adalah diantara denyut-denyut yang kini berdetak di tubuh lembaga pendidikan.

       Kasus kecelakaan rombongan perpisahan SMK beberapa waktu lalu menghadirkan denyut lainnya. Berbagai kalangan menyarankan pelarangan studi tour dan pelepasan siswa di luar kompleks lembaga pendidikan. Namun,  kegiatan perpisahan yang kental dengan corat-coret seragam, joget-joget dan goyang koplo,  menurut saya juga sangat jauh dari ruh idealisme pendidikan dan cita-cita karakter mulia yang ditanamkan selama proses pembelajaran 

        Bagaimana pengelola lembaga pendidikan mengelola perubahan ini?

        Perubahan seringkali denyutnya hanya dirasakan secara samar-samar. Bagi pengelola lembaga sekolah yang tanggap sasmita, perubahan mindset dalam mengelola sekolah dan perubahan struktur sekolah menjadi salah dua solusi alternatif untuk beradaptasi. Kita berbicara tentang struktur. Struktur baru ini, diharapkan dapat menyederhanakan birokrasi, kompleksitas dan formalitas dan membuat organisasi akan lebih responsif, gesit dan lincah. Agility /kelincahan adalah hal yang penting dan paling dibutuhkan oleh organisasi dalam era disrupsi ini.

        Kepemimpinan baru berarti harapan baru. Denyut perubahan akan lebih terasa dan cepat terjadi jika dilakukan dari atas, dengan model manajemen top-down.  Keutamaan adalah milik para perintis dan pendahulu, namun pengganti terbaik adalah orang yang mengikuti generasi pendahulu dengan langkah yang inovatif dan kreatif.

        Saya teringat dengan Jack Welch, CEO General Electric  yang telah berhasil membawa perusahaan raksasa itu menjadi perusahaan paling kompetitif di dunia. Ia berhasil memangkas birokrasi. Baginya birokrasi adalah musuh, pemborosan, pembuat keputusan yang lamban, izin yang tidak perlu dan semua hal lain yang akan membunuh semangat kompetitif perusahaan.  Jack Welch benar. Birokrasi menurut saya adalah kebutuhan organisasi tetapi harus mempunyai filosofi birokrasi yang melayani.  Saya  pernah merasa menjadi korban birokrasi yang ruwet, mbulet, dan kaku, akhirnya saya meninggalkan lembaga itu. Memang, seringkali birokrasi yang tidak melayani membuat orang enggan untuk berurusan dengannya. 

Selamat Hari Kebangkitan Nasional. 

Ayo Bangkit, demi Indonesia yang lebih baik!!

Alternatif Poin Tindakan: Bangun birokrasi dengan filosofi untuk melayani. Sederhanakan pekerjaan dan singkirkan hal dan pekerjaan yang tidak diperlukan, bekerjasamalah dengan rekan sejawat untuk merampingkan proses pengambilan keputusan dan mulailah membiasakan hal-hal yang informal dalam lingkungan lembaga pendidikan kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline