Lihat ke Halaman Asli

Kelik Wardiyono

Pendidik di SMAIT Ibnu Abbas Klaten

Mencari dan Membuat Perubahan

Diperbarui: 8 Mei 2024   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.   (Q.S. Ar-Ra'd/13:11)

        Siang ini di ruang Tata Usaha SMA, salah satu dari kami bertanya tentang apa berita viral yang terjadi dalam pekan ini. Bagi saya jika kita membahas isu-isu viral, biasanya peran kita adalah "menempatkan diri sebagai korban tren". Bukankah dalam era sosial media ini suatu hal bisa viral hanya karena banyak yang berkomentar, memperbincangkan, membahas dan membuatnya jadi trending topik? Pasti ada "aktor" yang berperan untuk membuatnya bisa trending. 

       Bandingkan antara aktifitas saya yang bermakna sebagai guru -setidaknya menurut saya sendiri-,  kok malah tidak trending dan viral. Sementara aktifitas kurang bermakna, misalnya makan cilok dan nongkrong seorang pesohor di warung pinggir jalan --lagi-lagi menurut saya sendiri lho-,  malah trending, viral dan  tampil di salah satu podcast pesohor atau bahkan di stasiun televisi.

       Saya teringat dengan perkataan Peter F. Drucker berikut: "Perubahan adalah sesuatu yang dilakukan orang, dan tren adalah sesuatu yang diperbincangkan orang. Perbincangan seru adalah tren". Berpijak pada hal ini, maka lembaga kami pada awal tahun 2007 bersama-sama mulai merintis lembaga pendidikan dengan mengkombinasikan 3 pilar keunggulan; akademik, akhlak/karakter mulia dan tahfidz. Alhamdulillah walau bukan sesuatu yang menjadi tren saat itu, dengan karunia Allah swt, kemudian diiringi kerja keras semua orang yang terlibat dan doa yang tiada terputus,  kini lembaga itu menjadi tren dan pilihan masyarakat. Banyak lembaga tahfidz dengan beragam model pengelolaan yang berdiri dan berkembang saat ini.

       Transisi dan perubahan selalu menghadirkan peluang dan ancaman ibarat kedua sisi mata uang. Jika kita melihat perubahan dan transisi sebagai sebuah ancaman, maka nyali akan ciut dan hilanglah kesempatan untuk berinovasi. Inovasi lahir dari penglihatan secara kreatif dan pandangan pemenang bahwa selalu ada peluang di balik setiap kesulitan.

       Alternatif Poin Tindakan: Luangkan waktu setiap hari untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi, diskusikan perubahan itu dengan tim dan tetapkan apa langkah selanjutnya (what's next?). Abaikan tren saat ini, berpikirlah bagaimana lembaga pendidikan bisa mengkapitalisasi perubahan dan menjadi tren di masa depan. Seringkali energi yang diperlukan untuk mencari dan membuat perubahan sangat besar, sehingga hanya sedikit orang yang mau menanggungnya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline