Tulisan ini merupakan tulisan keempat dari teknik-teknik menulis prosa (fiksi). Akun Kelas Penulis di Kompasiana merupakan kumpulan penulis pemula yang sama-sama belajar. Para penulis amatir.
Klub ini, menerima siapapun yang ingin bergabung. Hubungi kami di email: writeforbetterlife@gmail.com.
Facebook: https://www.facebook.com/profile.php?id=100013408153419
Twitter: https://twitter.com/kelaspenulis
Instagram: https://www.instagram.com/kelas.penulis/
Tumblr: https://www.tumblr.com/blog/kelaspenulis
Medium: https://medium.com/@kelaspenulis
Terima kasih. Berikut ini tulisan tips menulis tentang "Aku, Aku, Aku":
Sebelum masuk ke pembahasan utama, mari kita singgung sedikit mengenai sudut pandang (point of view).
Dalam kajian teori kritik karya sastra (drama, pusisi, dan prosa), biasanya ada istilah sudut pandang. Point of view banyak macamnya.
Secara ringkas, berikut ini sudut pandang pencerita pada sebuah penulisan: orang pertama, orang kedua, orang ketiga, serta campuran.
1. Orang pertama: tunggal (aku, saya, ane, eike, dsb.) dan jamak (kami);
2. Orang kedua: tunggal (kau, kamu, engkau, Anda) dan jamak (kalian);
3. Orang ketiga: tunggal (dia) dan jamak (mereka).
4. Point of view campuran (mencampurkan segala sudut pandang).
Tapi, ada juga model lain di mana pencerita yang menggunakan model orang ketiga maha tahu. Seperti God, si pencerita seperti tahu segalanya. Termasuk, apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh hati para tokohnya. Ini terjadi pada kebanyakan cerita-cerita sinetron di Indonesia :)
Ada tiga jenis “maha tahu” seperti ini. Pertama, maha tahu segalanya. Bukan cuma apa yang dilakukan dan setting suasana, tetapi juga isi perasaan para tokoh. Kedua, maha tahu tetapi membatasi pada satu-dua tokoh saja. Penulis sengaja membatasi hanya pada tokoh-tokoh tertentu saja. Ketiga, maha tahu tapi objektif. Si penulis tahu diri :) Si pencerita maha tahu tentang apa yang dilakukan tokoh, kecuali apa yang dipikirkan dan isi perasaan tokoh.