Lihat ke Halaman Asli

Ruang Kecil

Freelancer

Review Novel 'The Forest of Stolen Girls' Karya June Hur

Diperbarui: 26 Agustus 2024   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Goodreads

Sosok ayah, bagi Min Hwani, adalah segala-galanya. Seluruh nyawanya. Lampu penerangnya. Harapan terbesarnya. Maka, dapat terbayangkan bagaiman keadaan gadis itu ketika suatu pagi terdengar kabar bahwa Detektif Min sudah tidak ada. Menghilang tanpa jejak. Tatapan remaja itu kosong. Pikirannya kalut. Namun, di tengah-tengah  badai perasaannya sendiri, Min Hwani menolak untuk menelan kabar duka itu mentah-mentah. Ayahnya masih hidup. Selama mayat ayahnya belum ditemukan, ayahnya masih hidup.

Seakan mendengar keluh kesah Hwani, sebuah jurnal yang hampir hancur diterimanya satu tahun kemudian. Jurnal perjalanan ayahnya. Berbekal pakaian dan kebutuhan seadanya, Hwani menuju Pulau Jeju, tempat terakhir kali ayahnya berada. Tempat Maewol, adiknya, menetap dan tepisahkan oleh keluarganya. Tempat kasus tiga belas gadis menghilang secara misterius. Tempat di mana Hwani dan Maewol pernah tersesat lima tahun silam, dengan gadis yang terbujur kaku di dekat mereka.

Novel ini mengambil latar belakang Joseon (Korea Selatan) pada tahun 1400-an. Tahun dimana para gadis muda belia dikorbankan sebagai persembahan untuk Kekaisaran Ming. Buku ini menggambarkan betapa tersiksanya para keluarga yang ditinggalkan, kekejaman pejabat-pejabat korup, dan kecurigaan yang terus melingkupi satu sama lain. Semua orang tidak pernah berisitirahat. Semua orang tidak bahagia. Semua orang mati.

Pada akhirnya, seorang ayah akan melakukan apapun untuk anak perempuannya.

Menjadi novel yang memadukan misteri dan fiksi sejarah secara apik, buku ini layak diberikan apresiasi tinggi. Penggambaran karakter, latar tempat, dan waktu yang solid menjadi nilai tambah. Pernak-pernik budaya Joseon yang kental juga dapat kita temukan terdeskripsikan secara halus pada setiap halamannya.

Tidak hanya mengangkat isu sosial politik, The Forest of Stolen Girls juga menekankan aspek kekeluargaan dan pengorbanan. Bahwa setiap kebahagiaan membutuhkan kerelaan. Bahwa dalam setiap kata aman, ada kabut hitam yang membayangi. Buku ini mengajak kita untuk selalu merangkul erat kerabat terdekat kita, meyakinkan bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga.

Bagi penikmat novel-novel misteri fiksi sejarah yang mencekam dan kejam namun tetap sarat akan kehangatan, buku ini adalah pilihan yang tepat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline