Lihat ke Halaman Asli

Pandji Pragiwaksono : Revolusi Manusia Milenium : #UlasanKita5

Diperbarui: 18 Juli 2016   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Quote Pandji Pragiwaksono (Gambar : Karya Kita)"][/caption]

Muda Berkarya

Banyak pemuda tenggelam di dunia maya
Banyak mahasiswa yang terlena titip absensi
Seseorang seharusnya diakui karena karya
Bukan populer dan dibayar karena sensasi

Halo Mas Bro dan Mbak Bro

Ingat sinetron Panji Manusia Milenium?

Sinetron ini adalah idola anak-anak 90an. Primus Yustisio sebagai Panji sangat ditunggu-tunggu aksinya menyelamatkan Indonesia. Adegan-adegan super hero ala Indonesia sukses menarik perhatian. Muncul saat pergantian angka keramat (katanya) 1999 ke 2000. Sayang setelah lewat ke 2001 sinetron itu menghilang. Ga ada harapan sekuel sampai 2016 ini.

Kalau Pandji Pragiwaksono kenal?

Pertemuan pertama saya dengan Pandji Pragiwaksono (PP) ga terlalu berkesan pada saat tayangan Kena Deh. Pada saat itu dia hanya fokus pada pekerjaannya bagi-bagi uang. Sedangkan saya hanya bisa menonton dilayar kaca. Tapi ternyata pertemuan selanjutnya di Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV kenagan Kena Deh membuat saya ingat Dia kembali. “Loh, bukannya ini yang dulu ...”, ternyata bukan cuma saya. Banyak comic lain malah menjadikan Mr PP dan Kena Deh menjadi materi stand up.

Seiring berjalannya waktu, materi nasionalme dan selipan materi keluarganya semakin membuat Mas Bro PP banyak disukai, termasuk saya. Sementara banyak yang mengekor Raditya Dika dengan materi relation shit eh ship. Alasan satu-satunya saya menyukai karya PP adalah kontennya membuka mata dan hati saya, kalau Indonesia sudah cukup menjadi “korban” lawakan rule of three “Amerika, Jepang, dan Indonesia”. Indonesia harus sadar dengan kesalahan “ah ..., namanya juga Indonesia”. Setuju 100% dengan pesannya.

“Untuk berubah harus sadari kesalahan dulu.”

Keresahannya itu dituangkan Mas Bro PP dalam buku, lagu, dan stand up-nya. Meski diawal karya belum banyak dikenal orang dan sekarang mendapatkan banyak perhatian. Saya jadi teringat dengan pertumbuhan bambu kuning. Dalam 1 sampai 3 tahun terlihat ga tumbuh tapi tiba-tiba akan tumbuh besar dan ga tergoyahkan. Bambu kuning butuh waktu untuk menguatkan dulu akarnya supaya siap tumbuh “sombong” diantara tanaman lain.

Sebagai komedian yang sudah berjalan-jalan dan berteriak di negeri orang. Bang Bro PP kini menjadi kiblat dan standar. Kalau belum bisa seperti Dia kita semua belum jadi apa-apa. Bersyukurnya umurnya sudah melewati garis finish di urutan 36. Hahaha. Jadi banyak kesempatan untuk kita semua anak muda melampaui karyanya. Sayangnya, hehe, sayangnya Bang Bro PP sedang siap-siap keliling dunia untuk jadi “Juru Bicara”. Jadi pekerjaan rumah kita masih banyak untuk mengejar.

Sebagai seniman yang “maruk” Bang Bro Pandji sudah mengusai dunia persilatan para penyiar, aktor, rapper, presenter, penulis, dan comic. Karyanya sudah “sombong” masuk dalam hati dan pikiran anak muda. Merubah mindset kita berubah. Membuat kita sadar, ga ada lagi generasi korban yang dikasihani. Cukuplah mesakke negeriku ini, dulu. Sekarang saatnya revolusi. Semoga Pandji ga hilang cepat seperti manusia milenium.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline