Lihat ke Halaman Asli

Untuk Kekasihku Tercinta

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sayangku, [caption id="attachment_153954" align="alignleft" width="300" caption="Surat Cinta untuk Kekasihku"][/caption] Surat ini kubuat untuk melepaskan rasa rinduku kepadaMu. Saat ini hatiku terlalu lelah dan karenanya aku merindukanMu. Disaat-saat seperti ini diriMulah satu-satunya sumber kekuatan dan penghiburanku. Maafkanlah diriku yang terlalu sibuk untuk hanya sekedar menyapaMu. Ah kekasihku, Dikau tak pernah mengeluh kepadaku meski aku jarang meluangkan waktu untukmu. Teringat manakala BapaMu memberikan tugas berat kepadaMu untuk menyelamatkan diriku. Begitu besarnya cinta Kalian kepadaku sehingga Engkau rela berkorban dan melaksanakan kehendak BapaMu meski Kau tahu nyawa adalah taruhannya. Aku ingat ketika diriMu berdoa memohon kepada Bapa agar seandainya tugas itu bisa berlalu daripadaMu, maka biarkanlah semua itu berlalu. Namun diriMu sadar bahwa ada sebuah kepentingan yang lebih besar dan utama dari semua keinginan diriMu itu, yaitu sebuah tugas penyelamatan. Dapat kurasakan ketakutan yang ada dalam diriMu sehingga keringat yang mengucur dari tubuhMupun adalah keringat darah. Namun meskipun keinginanMu begitu kuat untuk menghindari tugas ini, Kau tetap menjalankannya dengan penuh keikhlasan. Semuanya demi sebuah harga akan ketulusan dan ketaatan. Taat pada kehendak BapaMu bukan karena telah digariskan atau diperintahkan kepadaMu, tetapi Engkau taat karena Engkau percaya dan yakin akan kebenaran yang dituntun olehNya. Engkau yakin bahwa Dia akan menuntunMu kepada jalan yang benar. Engkau setia pada janjiMu. Engkau tidak menuruti keinginan hatiMu melainkan kehendak BapaMu. Meskipun BapaMu telah memberikan kuasa kepadaMu untuk dapat melalukan tugas berat ini, namun kuasa itu tidak Kau gunakan karena Engkau tahu bukan kehendakMulah yang terjadi melainkan kehendak BapaMu. Betapa mulianya hatiMu, Sayang. Ketulusan cintaMu yang begitu dalam terhadap BapaMu membuat kesetiaanMu itu berbuah pada keselamatan. Tak dapat kubayangkan jika seandainya Engkau melalukan tugas itu daripadaMu karena kuasa yang diberikan kepadMu. Semuanya demi Cinta, Cinta yang Tulus dan Ikhlas. Aku masih belum mampu sepertiMu. Keinginanku yang begitu besar akan sesuatu sering mengalahkan ketaatanku untuk setia pada janji kita. Rasa ego itu selalu muncul manakala yang kupentingkan adalah keinginan diriku. Ya...keinginan diriku, keegoisan diriku. Terkadang aku begitu memaksakan kehendakku kepadaMu. Terkadang kutakmau menuruti nasehatMu meski kutahu diriMu benar adanya. Ketika keinginanku bertentangan dengan kehendakMu, maka tak segan diriku akan marah dan lari meninggalkan diriMu. Ya, hanya karena keinginanku tidak terpenuhi olehMu sehingga kuputuskan untuk berpaling daripadaMu. Daku terlalu egois sehingga BapaMu harus mengutus diriMu untuk menyelamatkanku. Akan jauh lebih indah perjalanan cinta kita ini manakala aku bisa lebih dewasa dan bijak dalam menahan diri, menahan hawa nafsuku sehingga aku tak perlu melihatMu disiksa dan dibunuh dengan keji hanya demi cintaMu yang begitu tinggi dan tulus kepadaKu. Ya, Engkau telah berkorban untukku agar aku bisa bertemu dan diterima oleh BapaMu dan tinggal didalam rumahNya menjadi anak-anakNya, dan menjadi bagian dari keluarga Kalian. Ah Sayangku...kurindu untuk bersetubuh denganMu. CodeConverted@MY360MI Gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline