Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Itu Adalah Diri Anda Sendiri

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kompasianer tercinta, Tulisan ini terinspirasi dari tulisan-tulisan Kompasianer seperti: 1. Rukyal Basri: Nelson Tansu, Anak Medan Professor Termuda Amerika Serikat dan Dr. Suzanna Ariani, dari Puskesmas Deli Serdang ke Columbia University 2. Mimin Mumet: Astrid dipinang Walikota San Fransisco 3. Omjay: Mengapa Pendidikan Karakter itu Penting? 4. Mariska Lubis: Untuk Kehidupan Masa Depan: Berpikir dan Bertindak dengan Benar. 5. Andy Syoekri Amal: Belum Saatnya Orang Bugis Pimpin Partai Demokrat? 6. Cechgentong: Cechgentong Ikut Pencalonan Koordinator Umum STC 7. Tulisan-tulisan Kompasianer lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Pertanyaan saya setelah membaca tulisan-tulisan diatas adalah: mengapa putra-putri terbaik Indonesia bisa berjaya di negeri orang? Sebagai contoh di Amerika Serikat sebagaimana tulisan-tulisan dari Pak Rukyal dan Mbak Mimin. Benarkah hanya karena orang-orang negeri Paman Sam begitu menghargai kualitas pribadi seseorang sehingga mereka memberikan kesempatan bersaing secara sehat kepada setiap individu tanpa melihat suku, agama, dan ras? Jawabnya silakan pada kolom komentar yang tersedia. Lalu apa pula hubungannya dengan tulisan Omjay soal Pendidikan Karakter itu? Tentunya kita semua setuju betapa pentingnya pendidikan karakter itu dalam pembentukan watak seseorang. Seberapa pentingnyakah pendidikan karakter itu diperlukan? Silakan anda menjawab nanti pada kolom komentar jika berkenan. Lalu apa juga hubungannya dengan tulisan Bang ASA soal Andi Mallarangeng dengan pernyataannya tentang Orang Bugis yang belum pantas memimpin Partai Demokrat? Bagi saya pribadi, itu adalah akibat dari apa yang kita sebut sebagai budaya timur. Budaya timur yang bagaimana? Saya juga kurang tahu persis yang bagaimana. Apakah budaya timur yang malu-malu kucing? Inginnya A tapi ucapnya B. Akhirnya jadi senjata makan tuan atau kalau tidak jadi menjilat ludah sendiri. Nah terakhir apa hubungannya dengan tulisan Mariska soal berpikir dan bertindak dengan benar? Mari coba kita buka pelan-pelan biar kenikmatannya terasa sampai sumsum tulang kita semua. Kalau kita membaca postingan-postingan di Kompasiana ini khususnya soal politik di negara kita tercinta Indonesia, maka tidak sedikit yang menghujat gaya, watak, dan sikap para pemimpin politik kita. Ada yang berkata si A tak pantas menjabat ini, si B tak pantas menjabat itu, dan lain-lainnya yang tak pantas. Lalu siapakah yang pantas menjabat ini dan itu? Jangan tanyakan pada rumput yang bergoyang, ya. Kita menyalahkan para pemimpin yang menurut kita tidak pantas menduduki sebuah jabatan tertentu. Kalau si A tidak pantas, lalu mengapa memilih si A? Apakah karena tidak ada pilihan? Benarkah demikian? Apakah tidak mungkin dikarenakan budaya timur yang dibangga-banggakan dimana seseorang tidak dibiasakan mengekspresikan dirinya sehingga meski dia secara sadar mampu memikul sebuah tanggung jawab, dia hanya bisa berdiam diri saja menggigit jari? Mengapa kita menghujat si A atau si B atau si C yang tidak mampu memikul tanggung jawab sementara diri sendiri yang mampu untuk itu tidak mampu untuk berkata: Here I am! I'll take the challenge! [caption id="attachment_144209" align="aligncenter" width="300" caption="Here I am! I'll take the challenge!"][/caption] Mengapa kita menghujat orang lain yang berani menerima tantangan meskipun tidak mempunyai karakter/kualitas, sementara diri sendiri yang mampu secara kualitas tidak berani menerima tantangan atau mengambil kesempatan itu? Apakah kita sudah berpikir dan bertindak dengan benar dalam hal ini? Saya pribadi berpendapat keberhasilan orang-orang Indonesia di luar negeri bukan semata-semata karena adanya penghargaan kualitas pribadi tanpa memandang suku, agama, maupun, ras, tetapi juga karena adanya kesadaran diri akan kemampuannya dan berani mengekspresikan kemampuannya dengan menjawab tantangan yang ada. Karenanya tidak seharusnya kekacauan yang terjadi di Indonesia di segala aspek kehidupan menjadi kesalahan para pemimpin semata, tetapi hal tersebut menjadi kesalahan kita semua yang tidak berani memikul tanggung jawab meski secara sadar mampu untuk menjawab tantangan itu. Jangan hanya berani menghujat jika diri sendiri tidak berani untuk menerima tantangan! Tantangan anda yang pertama ada disini: Pengajuan Diri Untuk Menjadi Koordinator Umum "Perkumpulan Seribu Tangan Cinta". Takut dibilang sombong dan gegabah karena mencalonkan diri untuk sebuah tanggung jawab? Maka berarti masalah ada pada diri anda sendiri, bukan pada orang lain. Terimakasih kepada Cechgentong yang sudah berani menyatakan sikap! Selamat menjawab tantangan!

**********

Gambar diunduh disini CodeConverted@MY360MI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline