Lihat ke Halaman Asli

Kisah Inge: “Dialog Kekasih Tuhan dengan Kembara”

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

oOoOoOoOoOoOoOo

INGE : "Aku demam nih. Kamu ngak takut ketularan?"

ASPRI : "Kalau di dengar oleh Sang Kembara ia pasti akan menjawab begini. Biar aku aja yang sakit. Kamu kan banyak tugas kasih yang mesti dijalankan. Sedangkan aku seorang kembara. "

INGE : "Ih kamu bisa aja. Aku ngak mau Sang Kembara yang sakit."

ASPRI : "Kembara itu tidak punya tugas karena ia lebih banyak berjalan. Jadi, ia akan menjawab begini. Biar saja aku yang sakit."

INGE : "Jadi tugasnya merenung?"

ASPRI : "Kembara itu tidak merenung. Ia hanya berjalan saja. Sedangkan dirimu adalah Kekasih Tuhan dan itu luar biasa tugas pelayanannya."

INGE : "Heran juga saya. Entah kenapa saya pilih nama itu."

ASPRI : "Ada yang mencari Tuhan dan ada pula yang dicari Tuhan. Dan, dirimu dicari Tuhan."

INGE : "Iya, dan saya pun mencari-Nya."

ASPRI : Kata sufi untuk orang yang dicari Tuhan: "Jika engkau menghampiri-Nya dengan berjalan maka Tuhan akan menghampirimu dengan berlari."

INGE : "Dalaaam."

ASPRI : "Dari cara-cara kamu memberi komentar dan cara-cara sang kembara memberi komentar sudah menunjukkan karakter yang berbeda antara dirimu sebagai Kekasih Tuhan dengan Kembara, sang pejalan."

ASPRI : "Kamu banyak komentar dengan sifat melayani, memberkati, menyemangati, dan mengoreksi dengan penuh kasih. Sedang kembara ia menemukan kebenaran dari akibat perjalanannya."

ASPRI : "Tahukan dimana tanda perbedaan lainnya?"

INGE : "Tanda apa?"

ASPRI : "Perbedaan Kekasih Tuhan dengan Kembara. Itu di foto profil kalian."

INGE : "Maksudnya?"

ASPRI : "Kekasih Tuhan tidak suka menonjolkan diri dan lebih memilih untuk melayani. Sedangkan kembara tidak memfilter diri karena itu ia lebih memilih untuk menutup mata."

INGE : "Maksudnya kembara tidak mau menfilter diri?"

ASPRI : "Kembara akan menerima kebenaran tanpa harus memilih darimana kebenaran itu datang. Seperti kisah perjalanan sang kembara. Ia akan melewati gunung, hutan, atau sungai karena dari manapun ia pergi tetap akan bertemu dengan angin yang sama."

INGE : "Heemmmm."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline