Lihat ke Halaman Asli

Cakap dan Cermin

Diperbarui: 22 September 2023   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://pin.it/4Wr2Ev6

"Hai! Katamu aku perempuan, ya!" aku berseru kepadanya.

Terlihat di sana ia tersenyum sambil memainkan rambutnya. Gayanya masih sesuka hati, sebelum kopi panas hadir di hadapannya. Ia perempuan, tetapi penyuka kopi. Perihal kopi, siapa pun boleh memilihnya, kan tanpa memandang jenis kelamin? Ya, baiklah kalau begitu.

"Kamu?" tanyanya.

"Iya."

"Ya, kamu memang perempuan."

Aku bertanya sambil memilih jenis warna lipstik untuk bibirku, "Aku harus cantik?"

"Untuk dirimu sendiri," jawabnya.

Sempurna. Tuhan tidak pernah salah menciptakan sesuatu, termasuk menciptakan manusia. Hanya saja, manusia tidak lepas dari kesalahan, seperti Adam dan Hawa. Bagaimana aku bersolek, memamerkan kesukaanku, berkelana bersama diriku untuk mencapai satu-persatu mimpiku, berkaca memandang senyum sendiri, dan hal lain yang setengah menyenangkan dan mungkin setengahnya lagi berlawanan dari kata menyenangkan tersebut.

Pagi ini aku memeluk tubuhku lebih erat dari biasanya. Meskipun rambutku masih berantakan, tetapi hatiku terus memancarkan sinarnya. Membuat seluruh isi di kamarku bertanya-tanya, seperti merasa heran padaku. "Tidak biasanya dia seperti ini," pikir mereka. Senandung musik yang lembut perlahan menusuk indera pendengaran dan menambah kesan cerah di pagi hari ini. Aku berdiri di sini untuk diriku sendiri, aku menggenggam senyumku untuk diriku sendiri, dan aku membaca tulisan di cermin hanya untuk diriku sendiri.

"Apa kamu tahu? Tidak ada yang perduli terhadap penampilanmu," ucapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline