Dunia dikejutkan dengan kabar dari Malaysia berupa suatu peristiwa yang familiar di kala pandemi silam, yakni Panic Buying. Panic Buying sendiri merupakan salah satu tindakan yang dilakukan oleh manusia atas respon dari suatu krisis, dimana terdapat rasa ketakutan dan khawatir akan terjadinya suatu kondisi darurat yang tidak diharapkan. Panic Buying yang terjadi di Malaysia, tepatnya berada di kedua negara bagiannya, yakni Penang dan Kedah. Penyebabnya adalah kekhawatiran akan kelangkaan air akibat curah hujan yang rendah, keringnya bendungan, serta sistem sungai yang terganggu. Diperkirakan setelah air keran mengering, jumlah pemborong air mineral kemasan di Penang dan Kedah mencapai satu juta orang. Sungai Muda memegang peranan yang penting bagi Kota Penang, air yang berada di bendungan kian hari semakin menurun. Dilansir dari The Star (16/05/2023), Bendungan Ayer Itam terisi sekitar 39,8 persen, Bendungan Teluk Baham terisi sekitar 46,2 persen, dan Bendungan Mengkuang yang biasanya terisi sampai 90 persen, turun menjadi 88,2 persen.
Peringatan sudah datang dari Chow Kon Yeow, selaku Ketua Menteri, menghimbau masyarakat Penang untuk melakukan penghematan air, karena diperkirakan bahwa Bendungan Ayer Itam hanya dapat mencukupi kebutuhan air untuk 120 hari kedepan. Ini merupakan alarm seruan bagi warga penang, karena dalam setahun terakhir, didapati bahwa peningkatan penggunaan paling tinggi, berada di Kota Penang. Untuk mengontrol pemborosan air, maka tarif harus di tinggikan. Menjawab berbagai kekhawatiran akan masa depan penang, Presiden Pengawas Air Penang mengatakan bahwa tidak benar bahwa Penang tidak memiliki masa depan untuk ketahanan air, sudah terdapat banyak rencana dan dialog damai antara pihak berwenang Penang dan Kedah.
Masalah krisis tersebut, merupakan suatu dampak dari kurangnya sistem untuk persoalan Ketahanan Air. Air merupakan sumber kehidupan dari manusia yang harus dijaga baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tak hanya sekedar ketersediaan air, konsep dari Ketahanan Air jauh lebih luas dan kompleks, Ketahanan Air mencakup aspek-aspek keberlanjutan, aksesibilitas, keamanan, dan juga ketersediaan potensi air. Berbagai pemangku kepentingan diperlukan dalam usaha membentuk Ketahanan Air dalam suatu bangsa. Perhatian awal harus difokuskan pada sumber air, sehingga dapat dikelola dengan rasio yang seimbang atas aspek pemanfaatan dan konservasi. Dilansir dari Dewan Sumber Daya Air Nasional (14/08/2022), diperlukan suatu pembentukan indeks ketahanan air guna mengukur secepat mungkin suatu parameter yang dibutuhkan untuk mengukur keamanan air. Hal ini diperlukan sebagai suatu pertimbangan dan jawaban dari pertanyaan kunci bagi para pengambil kebijakan yang bertugas dan bertanggung jawab dalam pembuatan keputusan demi terselenggaranya pembangunan berkelanjutan.
Dampak dari salah satu masalah yang ditimbulkan dari tidak adanya Ketahanan Air adalah Panic Buying. Dimana hal ini bukanlah merupakan suatu aktivitas yang remeh dan harus diabaikan, Panic Buying tentunya dapat mengganggu kesejahteraan dan stabilitas suatu negara. Panic Buying merupakan suatu respon masyarakat atas suatu ketidakpastian, yang mana respon tersebut menyebabkan ketidakseimbangan antara supply dan demand suatu barang. Hal ini dapat membuat suatu kekacauan dalam aspek ekonomi, khususnya terjadi distorsi atau gangguan pada rantai pasokan. Untuk mengatasi peristiwa yang terjadi di Malaysia, pemerintah setempat harus mulai memperhatikan dan menjunjung tinggi Ketahanan Air, dengan berbagai kebijakan yang dapat bermanfaat bagi pembangunan berkelanjutan yang menunjang pembentukan suatu Ketahanan Air yang berkelanjutan. Diperlukan tata kelola yang baik untuk instrumen seperti bendungan dan sistem sungai. Untuk mewujudkan suatu Ketahanan Air yang Berkelanjutan, maka dibutuhkan kebijakan yang mengarah pada pemeliharaan sumber daya air, pemenuhan kebutuhan air, jaminan kualitas air, peningkatan integrasi segala pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air, serta sosialisasi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H