Lihat ke Halaman Asli

Keisha Azzahra Zalyaputri

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Benarkah dengan Menulis Gratitude Journal Bisa Membuat Hidup Lebih Bahagia?

Diperbarui: 19 Juni 2022   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sudah tidak dipungkiri bahwa kebahagiaan merupakan salah tujuan utama manusia untuk hidup, sehingga banyak usaha yang senantiasa manusia lakukan untuk mencapai goals tersebut. Bagi sebagian orang, kebahagiaan tidak hanya diukur dari kesejahteraan ekonomi dan material saja, tetapi dari bagaimana sebagai manusia merasakan kepuasan dan kesejahteraan batin. 

Banyak dari kita yang menganggap bahwa kepuasaan hanya muncul dari sesuatu yang besar dan membanggangkan, nyatanya, pemenuhan kepuasaan bisa dilakukan dari rangkaian hal - hal kecil dan tumbuh dari perasaan syukur. Perasaan syukur ini terkadang terlalu disepelekan bagi sebagian orang karena dianggap terlalu idealis dan terlalu membesar - besarkan hal kecil. 

Padahal, perasaan syukur inilah yang akan membantu kita untuk  menahan segala keserakahan, keambisian, dan perasaan - perasaan lain yang membuat hidup kita merasa “kurang” di mata kita. Pada dasarnya, hidup itu tidak akan pernah cukup, apabila dari diri kita sendiri tidak tahu kapan batas kita harus berhenti, maka yang tersisa hanyalah perasaan “kurang”, perasaan “kosong”, dan kekesalan - kekesalan yang muncul akibat tidak terpenuhinya keinginan. 

Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus dapat mengontrol dorongan pemenuhan kepuasaan dari dalam diri kita dengan cara mensyukuri apa yang sudah kita dapatkan sekarang, tanpa perlu mengelu - elukan hal yang tidak pasti di masa depan, dalam rangka untuk merasakan kebahagiaan. 

Pada kenyataannya, perasaan syukur tidak serta merta dimiliki oleh semua orang dengan jumlah yang sama. Ada orang yang memang mudah untuk merasakan syukur dari apa yang mereka punya, ada pula orang yang lebih mementingkan pemenuhan kepuasaan mereka dahulu, dan menilai kebersyukuran hanyalah produk keluaran dari keberhasilan yang mereka punya. 

Oleh karena itu, kemampuan seseorang untuk merasakan syukur akan berbeda satu sama lain, sama saja halnya ketika ada orang yang mampu mengontrol emosi mereka, dan ada orang yang lebih suka melepaskan emosi mereka. Namun, sama juga dengan mengontrol emosi, perasaan bersyukur ini nyatanya bisa dilatih. 

Pemaknaan dari hal apa saja yang dapat dimaknai sebagai kebersyukuran tentu sifatnya subjektif dan dinilai tergantung dari individu masing - masing, tetapi “kesadaran” akan kesejahteraan kecil yang akan merujuk ke perasan syukur, tentu dapat kita latih. Salah satunya dengan menggunakan gratitude journal. 

Apa itu Gratitude Journal?

Gratitude journal adalah sebuah buku harian di mana kita dapat secara teratur mencatat berbagai macam hal yang kita syukuri. Kita bisa melakukannya dengan jurnal kertas dan pena atau bahkan secara digital dengan aplikasi. Dengan menulis di gratitude journal, seseorang dapat mengingat hal-hal baik yang terjadi dalam hari-hari mereka, meskipun terkadang terasa sulit. 

Gratitude Journal akan mengajak seseorang untuk berkaca dan mengevaluasi hari yang telah mereka lewati, lalu menuliskan hal - hal positif yang mereka dapatkan di hari itu, sekecil apapun skalanya. 

Bisa saja yang ditulis hanya sekedar “tadi setelah bangun tidur sempat sarapan” atau “hari ini cuaca sangat berangin”, sekecil apapun kegiatannya apabila menimbulkan sedikit kebahagian atau kenikmatan bagi diri kita, maka itu sudah cukup untuk kita dapat syukuri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline