Lihat ke Halaman Asli

Keira Tasmiah

Mahasiswa FKM Unair

Sejarah Berdirinya Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Diperbarui: 11 September 2024   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

KEIRA TASMIAH SALEH/191241221

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Berdirinya Kesehatan Masyarakat di Indonesia berawal saat wabah korela dan cacar masuk ke Indonesia pada tahun 1927. Wabah tersebut kemudian merebak ke seluruh wilayah Indonesia dan menjatuhkan banyak korban jiwa. Wabah tidak hanya menyerang orang Eropa, tetapi masyarakat pribumi juga terjangkit wabah penyakit. Wabah ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memperhatikan kesehatan dan kebersihan. Situasi kian memparah sebab keterbatasan tenaga kesehatan dan belum ditemukannya vaksin membuat angka mortalitas menjadi semakin tinggi.

Situasi ini membuat pemerintah Hindia Belanda melakukan berbagai upaya untuk meredakan masalah, seperti mengirim vaksin dari Belanda dan mendirikan sekolah kedokteran yang dalam perkembangannya mempunyai andil besar dalam menghasilkan tenaga medis yang mengembangkan kesehatan masyarakat.

Pada pertengahan abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda berhasil mendatangkan vaksin secara langsung dari Belanda. Setelah itu setiap 2-3 bulan sekali, vaksin cacar selalu dikirim ke Batavia dan kota besar lainnya di Indonesia. Namun, upaya vaksinasi yang dilakukan masih jauh dari ekspektasi pemerintah. Pemerintah lebih berfokus melakukan vaksinasi kepada orang-orang Eropa dan orang-orang pribumi yang sehari-hari berhubungan dengan orang-orang Eropa. Akibatnya cakupan vaksinasi terlalu kecil sehingga jumlah kasus yang terkena penyakit cacar tidak mengalami penurunan secara signifikan.

Menurut Ravando dalam bukunya yang berjudul Dr. Oen Pejuang dan Pengayom Rakyat Kecil juga menuliskan bahwa cakupan vaksinasi yang kecil disebabkan karena jumlah tenaga medis yang masih sedikit. Hal ini berbanding terbalik dengan penyebaran cacar yang begitu cepat sehingga memunculkan kekhawatiran di kalangan komunitas Eropa.

Ia juga melihat adanya jarak sosial antara orang pribumi dengan kebanyakan dokter-dokter Eropa. Sehingga, pemerintah mencoba untuk memanfaatkan orang-orang pribumi sebagai tenaga medis sekaligus untuk menambah jumlah vaksinator. Harapannya, masyarakat pribumi semakin percaya untuk divaksin apabila yang memvaksinasi berasal dari golongan sendiri.

Pada tahun 1888 didirikan Laboratorium kedokteran di Bandung dan tahun 1913 didirikan sekolah kedokteran dengan nama STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen) dan NIAS (Nederland Indische Arsten School) oleh Belanda. Kedua sekolah kedokteran dan laboratorium ini mempunyai andil sangat besar dalam perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia, termasuk ketika mereka ikut menangani wabah penyakit di pulau Jawa dengan memberikan vaksinasi kepada 15 juta penduduk di pulau Jawa dan penyemprotan DTT di rumah-rumah mereka.

Berdasarkan penelitian dr John Lee Hydrich, tingginya angka kematian disebabkan oleh buruknya kondisi sanitasi lingkungan karena kebiasaan penduduk yang kurang sehat. John Lee Hydrich adalah seorang penasihat ahli dalam bidang kesehatan masyarakat dari Lembaga Rockeffeller New York. Berangkat dari temuannya,

Hydrich kemudian memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan sebagai pendidikan penyuluhan kesehatan. Usaha Hydrich dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia dan ia pun disebut-sebut sebagai pelopor kesehatan masyarakat di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline