Lihat ke Halaman Asli

Aspek Sosial Ekonomi dan Politik Penolakan Pabrik Semen Ibu-ibu di Gunung Kendeng

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Selamat Sore pak de bu de.

selamat menunaikan ibadah puasa sebulan penuh dengan khusyu'.

oke, para pembaca yang semoga tetap dalam lindungan allah SWT, hari ini ada beberapa tulisan yang memuat beberapa kegiatan yang menarik perhatian saya secara pribadi, salah satunya adalah kegiatan ibu-ibu heroik yang menolak pembangunan pabrik semen di gunung kendeng rembang, jiwa Kartini mereka patut di hormati dan jadi panutan oleh para pemuda pemudi bangsa ini yang semakin tidak jelas pendirian sikap peduli bangsanya. ada beberapa hal yang menjadi catatan saya kepada aksi ibu-ibu yang menolak pembangunan dan meminta di tariknya alat berat dari pembangunan pabrik semen di gunung tersebut.

1. Sosial Ekonomi

kabupaten Rembang sedang menjadi sorotan publik di provinsi jawa tengah di karena ada pabrik semen milik BUMN yang sedang di bangun. ada gerakan  penolakan yang menarik perhatian masyarakat luas, ibu-ibu yang pertama kali pasang badan di barisan terdepan menolak pembangunan pabrik tersebut, entah apa yang mereka perjuangkan sebenarnya. tapi, dalam konteks ini saya mencoba untuk menyoroti bapak-bapak yang terlihat seperti apatis dalam konteks penolakan ini.

"surga di telapak kaki ibu" pepatah ini yang membuat peduli untuk mengajak bapak atau suami dari ibu-ibu tersebut untuk ikut serta dalam barisan mereka dan kalau perlu mengganti posisi mereka, ibu tetaplah ibu yang melahirkan kita para kaum lelaki ke bumi ini lewat rahimnya setelah di kandungan berbulan-bulan lamanya, dalam konteks sosial dan bertepatan dengan bulan puasa yang mulia ini, secara pribadi mengajak ibu-ibu tetap beribadah dengan khusyu' menjaga hati dan nafsu untuk mencapai keridloan dan keberkahan bulan puasa. secara konteks ekonomi kami masih yakin berdirinya ibu-ibu tersebut karna sangat sadar kalau tanah atau ladang pertanian mereka akan terkena dampak pabrik meskipun yang saya dengar Amdalnya sudah keluar. gerakan ibu-ibu menolakan pabrik semen ini akan tercatat dalam sejarah perjuangan perempuan-perempuan di kabupaten rembang.

2. Sosial Politik

Kabupaten rembang mempunyai aset alam yang lagi menjadi rebutan para penambang yang ingin memanfaatkanya untuk kepentingan pribadi, dalam konteks politik ini mungkin bisa jadi ada kaitannya dengan gerakan penolakan ibu-ibu atau sebaliknya tidak ada kaitannya sedikitpun. oleh karena itu hal ini yang menarik untuk kita jabarkan. pertama, ibu-ibu yang sampai saat ini bertahan di lokasi pabrik semen selama hampir 15 hari lebih ini adalah warga negara yang sama dengan yang lain yang harus di jaga hak dan kewajibannya. pemerintah khususnya yang bertanggung jawab penuh akan penyelesainnya, seperti yang di beritakan di media Gubernur Jawa Tengah Pak Ganjar sudah menemui langsung kondisi ibu-ibu tersebut di tenda yang mereka tempati selama ini. pemerintah daerah melalui pak gubernur telah melakukan tindakan tepat dengan akan memfasilitasi dan memediasi pihak yang menolak dengan pihak pabrik dengan meminta perwakilan sekaligus di dampingi tim ahli masing-masing, kemudian pihak pemerintah kabupaten melalui plt bupati juga telah mengunjungi dan mendengarkan langsung keluh kesah dan tuntutan ibu-ibu tesebut, yang terlupakan sebenarnya peran unsur pemerintah di tingkat Kecamatan, Kepala Desa, Kepala Dusun ataupun RT/RW terkait yang seharusnya ikut andil kuat dalam mengakomodir tuntutan ibu-ibu. agar tidak muncul kesan yang di tarik-tarik oleh pihak yang tidak bertanggung jawab seperti yang mengkaitkan kepada konflik pemilukada di kabupaten rembang yang di sinyalir menjadi kekuatan di balik aksi penolakan ini, sangat di sayangkan ketika ini benar terjadi, peran suci dan perjangan ibu-ibu ini di jadikan komoditi politik atau komoditi kekuatan lain yang mempunyai kepentingan aset di pegunungan kendeng. idealisme dan niat suci kadang sangat mudah di kalahkan dan di injak oleh kepentingan komoditi personal maupun kelompok. #save ibu-ibu pegunungan kendeng




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline