Lihat ke Halaman Asli

Berburu Sepatu di Pasar Baru

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Rais Abdillah

Waktu memang tak terasa. Aku terbangun dari tidurku sekitar pukul 12 siang. Waktu yang memang sudah terlalu siang. Aku tak banyak pikir. Aku bergegas bangun. Sebab, hari ini aku ingin membeli sepatu. Sudah lama sekali aku ingin membeli sepatu tapi selalu tidak ada waktu untuk itu.

Bagiku membeli barang perlengkapan itu bukanlah hal yang mudah. Tak seperti perempuan. Mereka lihai dalam memilih barang, Tawar menawar pun mereka lebih pandai. Satu hal yang menurutku agak sulit ialah memilih tempat di mana kita akan berbelanja. Kita jelas tak mau terbodohi oleh pedagang-pedagang yang curang. Tentunya kita ingin berbelanja yang memang barangnya sudah terjamin kualitasnya. Contohnya aku. Ingin membeli sepatu pun aku masih bingung, ke mana aku harus membeli sepatu dengan kualitas bagus dan sesuai dengan kocekku sendiri.

Tadi malam aku sudah mulai bertanya-tanya mengenai tampat yang cocok untuk membeli sepatu. Ternyata ada seseorang yang menyarankan aku ke Pasar Baru, Jakarta Pusat. Sebuah pasar yang terletak di tengah-tengah kota modern tapi bernuansa klasik. Sepatu di sana cukup berkualitas. Murah tapi tidak murahan.

Aku berangkat dari Kota Tua Fatahillah dengan angkutan umum Kopamilet Jaya nomor 12 jurusan Senen-Kota. Dengan kurun waktu kurang dari setengah jam, aku tiba di Pasar Baru. Dengan ongkos yang relatife murah membuat Pasar Baru selalu ramai. Aku pun turun dari mobil dan lekas menyebrang karena letak Pasar Baru bersebrangan dari turunnya aku dari mobil.

Akhirnya aku tiba di Pasar Baru. Aku memulai safari ini melalui gerbang utara Pasar Baru. Konon, Pasar ini sudah ada sejak 1802. Namanya pun bukan Pasar Baru melainkan “Passer Baroe”. Hal itu tertulis jelas di gapura sebelum kita memasuki Pasar Baru yang terlihat elegan. Sebuah kebanggaan tersendiri sebagai warga jakara karena masih ada warisan zaman belanda yang masih bertahan hingga kini. Tepatnya pada masa VOC (Verenidge Oost Indische Campagnie) berkuasa di Batavia. Setelah melewati gapura, Sepanjang sisi jalan sudah terjejer banyak aneka barang yang dijual. Mulai dari tas, sandal, jam tangan, asesoris, sepatu, uang kuno. Tapi karena kali ini aku ingin membeli sepatu, jadi aku hanya berfokus pada toko-toko sepatu.

Di Pasar Baru ada dua jenis pedagang. Pedagang kaki lima dan pedagang bertoko. Pedagang kaki lima menjajakan dagangan mereka dengan menggelar meja-meja kecil atau hanya mengemperkan dagangannya di sepanjang sisi jalan, sedangkan pedagang yang bertoko berada tepat di belakang para pedagang kaki lima. Berbagai toko berderet menjajakan dagangan mereka. Seperti toko sepatu, optik, busana, sandal, perabot rumah tangga, emas, dan masih banyak lagi yang lain. Keadaan pasar baru cukup bersih. Tak seperti pasar kebanyakan yang kondisinya selalu kumuh.

Aku mulai memasuki setiap toko sepatu, Berharap aku bisa menemukan sesuai dengan seleraku. Berbelanja di sini ternyata tidak mudah. Karena banyaknya pengunjung membuat aku susah bergerak. Setiap orang berhimpit-himpitan. Berdulu-duluan untuk lewat. Tapi wajar, pasalnya hari ini adalah hari minggu. Karna hari liburlah mungkin yang membuat Pasar Baru begitu ramai. Ramai sekali.

Sudah lima toko aku kunjungi. Masih banyak toko yang belum aku singgahi. Tapi aku belum juga menemukan sepatu sesuai dengan seleraku. Aku mengincar sebuah sepatu semi boot. Menurutku sepatu itu sangat keren. Seseorang terlihat gagah ketika menggunakan sepatu itu.

Memang benar, harga di Pasar Baru lebih murah ketimbang pasar lain. Aku sempat bertanya harga sepatu merk Adidas berkisar tigal ratus ribuan. Sedangkan di pasar-pasar lain bisa kena lima ratus ribuan. Beda lagi jika merk Adidas yang kualitas KW. Pasti akan lebih murah. Dan harga sepatu di sini hampir semua sama. Dari satu toko ke toko hampir semua harga sama. Tentunya dengan sepatu dan merk yang sama.

Ternyata cukup melelahkan mencari sepatu di Pasar Baru. Panjang Pasar Baru kurang lebih mencapai 300 meter. Jarak yang memang melelahkan untuk ukuran pasar. Lebih-lebih aku harus keluar masuk toko. Tapi ada satu hal yang setidaknya menghibur lelahku. Yaitu banyaknya jajakan kuliner makanan. Mulai dari makanan berat sampai makanan ringan. Makanan berat seperti nasi bebek, pecel ayam, bubur, kerak telor. Sedangkan makanan ringan seperti siomay ikan, otak-otak, dll.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline