Lihat ke Halaman Asli

Persilangan Imajinasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Sebuah Resensi Buku Kumcer "1 Perempuan 14 Laki-Laki)

Oleh: Rais Abdillah

Bermula dari kerinduan Djenar Maesa Ayu yang tidak terbendung untuk menulis sebuah cerita fiksi . Ia pun mengakali kerinduan itu dengan menulis cerpen-cerpen yang membuat dia ber-eiforia dengan imajinasinya. Namun, kali ini Djenar tidak membuat cerpen seperti biasa. Umumnya membuat cerpen dengan imajinasi sendiri tetapi sekarang ia susun bersama imajinasi orang lain.

Kali ini, penulis kelahiran 14 Januari 1973 ini menulis cerpen dengan berkolaborasi dengan 14 penulis dari berbagai profesi. Ia tidak merangkai ceritanya sendiri. Setiap satu cerpen, ia susun bersama rekannya. Djenar menulis kalimat pertamanya, kemudian memberikan laptopnya pada rekannya untuk menyusun kalimat kedua. Kemudian bergantian lagi. Begitu seterusnya hingga akhir cerita.

Teman pertama yang ia jadikan teman duet adalah Agus Noor. Dalam kumpulan cerpen ini terdiri dari 14 cerpen. Tak heran Djenar menamai buku ini dengan 1 Perempuan 14 Laki-Laki. Mereka adalah Agus Noor, Arya Yudistira Syuman, Butet Kartaredjasa, Enrico Soekarno, Indra Herlambang, JRX, Lukman Sardi, Mudji Sutrisno. SJ, Nogroho Suksmanto, Richard OH, Robertus Robet, Sardono W. Kusumo, Sujiwo Tejo, dan Totot Indrarto.

Untuk menulis cerpen pertamanya, Djenar bertemu dengan Agus Noor di sebuah cafe. Dan itu tanpa konsep. Artinya Djenar dan Agus Noor membiarkan imajinasi mereka hanyut dalam menyusun kalimat per kalimat. Djenar meyakini bahwa inspirasi bukanlah sesuatu yang bisa didatangkan, namun inspirasilah yang mendatanginya.

Di cafe itu, ia meneguk kenangan. Ini gelas bir ketiga, desahnya. Seakan itu kenangan terakhir yang bakal direguknya. Tiga kalimat pembuka dalam cerpen pertama dalam kumpulan cerpen itu, merupakan awal kolaborasi dua sejoli cerpenis dalam bertarung cerita. Dalam cerpen kunang-kunang dalam bir itu, Dengan latar di sebuah café, dan sudut pandang orang pertama. Djenar dan Agus Noor sangat apik mengolah kalimat per kalimat.

Kadang tak habis pikir, menulis sendiri saja belum tentu mudah. Bagaimana menulis cerita dengan dua orang. Dua pikiran menjadi satu. Menyatukan dua imajinasi menjadi sebuah cerita adalah hal yang sulit, bahkan Djenar sempat ragu jika ia bisa menulis cerpen dengan berkolaborasi. Tapi ternyata, Djenar piawai dalam menyusun kalimat hingga tetap memberikan makna yang serasi. Seperti dalam Polos, cerpen ketiga belas. Semalam, rembulan nyaris purnama. Bulatan yang hampir sempurna itu terlihat seperti kepala bayi yang belum sepenuhya keluar dari liang rahim ibunya. Cerpen yang Djenar tulis bersama Mudji Sutrisno itu memberikan ke-luwes-an dalam memilih diksi.

Satu hal yang berbeda dengan kumcer lain. Dalam buku Djenar ini, ia memberikan mengenai kedetailan dalam hal Djenar menyelesaikan 14 cerpen didalamnya. Karna disertai tanggal hingga jam saat itu. Misalkan cerpen Kunang-Kunang Dalam Bir ia selesaikan pada Jakarta, #Coffeewar, 26/8/10 12:38:25 AM. Begitu detail bukan?

Begitulah Djenar dalam menulis cerpennya. Hanya saja buku Djenar kali ini tidak membawakan sebuah tema, ataupun bukan menceritakan sebuah peristiwa yang melekat pada kehidupannya sendiri atau orang lain. Melainkan sebuah buku eksplorasi imajinasi yang dikolaborasikan dengan imajinasi orang lain. Hal yang cukup menantang bagi seorang penulis.

Buku yang berisikan 124 halaman ini adalah buku kelima Djenar yang diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama pada tanggal 14 Januari tahun 2011.Semoga saja buku ini bisa menjadi sebuah pembelajaran, saat kita ingin mencoba menulis cerita bersama imajinasi orang lain.

Satu pesan yang bisa dipetik dari sekelumit perjalanan Djenar dalam menulis buku kumcer ini adalah untuk para penulis pemula, jika ingin menulis sebuah cerita, tidak perlu menunggu untuk ide itu datang. Tulislah apa yang ingin kau tulis. Biarkan imajinasimu beterbangan keluar dari ketakutan-ketakutan. Takut salah, takut jelek, takut, dan takut. Buang itu semua. Mulailah menulis. Dan jemputlah ide dan imajinasimu.

***

Kota Tua, 31 Desember 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline