Tergerus zaman warkatpos pun tinggal kenangan. Benda pos yang satu ini memang sepertinya kurang diminati masyarakat kita. Selembar kertas yang pada satu sisinya disediakan untuk menulis berita dan sisi lain untuk alamat pengirim dan tujuan surat, biasanya perangko sudah tercetak disana. Pengirim tingkal melipat dan memasukkannya di kotak surat kantor pos. Mirip angket pembaca harian Kompas. Dari sisi efisiensi format warkatpos sebetulnya sangat efisien. Warkatpos sebenarnya juga bisa menjadi item yang menarik asal didisain sesuai selera konsumen. Sebagai memorabilia, sebagai cenderamata, warkatpos sebenarnya unik. Mengapa warkatpos tidak diminati? Di masa ketika lalulintas komunikasi personal dikuasai oleh IT, surat menyurat lewat pos memang menurun drastis. Ada semacam anggapan masyarakat kita (dulu) yang salah terkait dengan ini. Mengirim surat kepada orang yang lebih tua dengan kartu pos adalah tidak sopan. Ungkapan sopan santun dinyatakan dengan penyajian surat. Apakah warkatpos perlu di produksi ulang dengan kemasan yang lebih "gaul"? Sisi yang bisa menjadi andalan PT POS INDONESIA adalah menjual romantisme. Bagaimana menterjemahkan ini sebagai sisi strategi pemasaran sungguh merupakan tantangan yang menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H