Lihat ke Halaman Asli

Terbongkarnya Perekrutan Culas KPU

Diperbarui: 25 September 2018   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto tribunnews.com

Tepatnya 5 Agustus 2018 yang lalu perekrutan aggota KPU untuk wilayah Sumsel dibuka. Alang-alang kepalang saya  coba-coba ikut tes seleksi. Seleksi para calon kandidat ditaksir mencapai 200 orang, semuanya memiliki perasaan optimis bisa lolos. 

Peroses seleksi dilakukan selama seminggu, tempatnya pun berpindah-pindah sampai tes terakhir ujian seleksi diadakan di plda Sumsel. Dari lebih kurang  200 anggota peserta tes hanya sembilan orang yang tersisa. Dan saya termasuk yang di dalamnya. Untuk lolos ke 9 besar bukanlah perkara yang mudah banyak rintangan yang dihadapi, bak meniti jalan berduri mendaki bukit terjal berbatu. Suka duka menyingkirkan para pesaing hingga sampai  ke 9 besar sungguh melelahkan. 

Tidak sedikit biaya yang dikucur, seperti sewa hotel, makan minum dan transportasi. Itung-itu ya..lumayan juga.

Dalam 9 besar peserta seleksi hanya 6 orang yang akan dipilih. 6 calon dari pendatang baru, 3 orang calon pathana. Dalam posisi yang sangat kritis ini kesembilan peserta akan mengeluarkan semua jurus pamungkasnya, untuk memastikan mereka lolos ke 6 besar. Ada diantaranya yang mengandalkan bendera organisasi pendukung, ada yang mengandalkan orang dalam dan paling tragisnya ada juga yang siap  nyogok.

Dalam 9 besar peserta calon saya lihat hasil tes seleksi saya termasuk 3 besar. Tapi saya tidak optimis bisa lolos jadi tim anggota KPU karena segala kemungkinan nantinya bisa saja terjadi.

Dihari penentuan tepatnya tanggal 9 Agustus 2018 seingat saya, bergegas saya datang untuk memastikan pengumuman. Adakah nama saya terpilih atau tidak. Ternyata nama tiga orang out, termasuklah saya di damnya. "Ya..sudah mungkin ini belum rezeki saya" saya menghibur diri sendiri. 

Kami yang beranggotakan tiga orang peserta yang tidak lolos ngumpul bersama, ya ngobrol-ngobrol yang bisa menghibur diri sendiri. Namun reaksi teman yang satunya (sebut saja Ade), tidak terima dengan keputusan tim seleksi. Menurut pengakuan dia (Ade) sudah menyetor uang sekitar Rp. 20,000,000 Sebelumnya. Sementara permintaan orang dalam (pengurus seleksi) minta Rp. 30,000,000. Karena kurang 10,000,000 juta setoran Ade dari yang diminta tim, maka si Adenya ikut tereliminasi. 

Sementara kami berdua hanya pasrah dengan keadaan. Saya mencoba ikut tes dengan jalur yang bersih dan semestinya. "Biarlah saya tidak diterima dari pada saya punya gaji tapi hasil nyogok, jelas-jelas setiap bulan saya menerima uang haram" gumam hati kecil ku. Ya wajar jika saya lulus dengan menyogok berarti saya merampas hak orang lain. Yang semestinya mereka lulus jadi tidak lulus lantaran tercoret karena uang. Itulah permainan kotor negeri ini, yang belum berubah.

Perlu diingat YANG MENYOGOK DAN YANG DISOGOK KEDUA-DUANYA MASUK NERAKA. Gaji yang diterima hasil nyogok selama-lamanya duit haram.

Semoga pemimpin selanjutnya bisa menumpas kejahatan birokrasi seperti ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline