Lihat ke Halaman Asli

Dimana Permainan Tradisional Sekarang?

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dahulu permainan tradisional sering kita lihat, baik di seitar rumah, halaman sekolah, maupun tempat-tempat lain. Namun,  saat ini karena kemajuan teknologi yang membuat permainan tradisional mulai luntur atau karena faktor lain yang membuat anak-anak Indonesia enggan memainkannya kembali. Padahal semua permainan tradisional merupakan warisan dari nenek moyang kita terdahulu. Anak-anak Indonesia jaman sekarang telah mengadopsi “produk” budaya barat dimana dilengkapi dengan teknologi canggih dan dapat dinikmati kapan saja dan dimana saja. Dari sini terlihat seolah-olah kalau mereka tidak menggunakannya, dianggap ketinggalan jaman atau bisa dibilang kurang gaul. Nah, apakah permainan tradisional dianggap sesuatu ketinggalan yang ketinggalan jaman atau kurang gaul? Siapa bilang?

Mungkin pernahkah kita sadar dan membayangkan kembali ketika kita masa anak-anak dulu? Apa yang sering kita lakukan dengan teman sepermainan kita? Pastinya jawabannya bermain karena waktu bermain kita ketika itu lebih banyak. Permainan yang sering kita lakukan tentunya permainan tradisional, seperti petak umpet, bola bekel, congklak, kelereng, gobak sodor, layang-layang, lompat tali, dan masih banyak lagi yang terdapat di semua daerah di Indonesia. Perubahan jaman yang dipengaruhi oleh adanya globalisasi telah mempengaruhi banyak hal. Salah satunya yang sangat terpengaruh oleh perubahan jaman adakah permainan tradisional. Anak-anak sekarang lebih suka berdiam diri dirumah lalu memegang “gadget” dengan teknologi canggih dan memainkannya sendiri atau dengan saudaranya maupun teman akrabnya. Padahal, mereka secara tidak sadar terlalu sering bermain permainan modern tersebut, dapat menimbulkan efek negative bagi dirinya. Bahkan ketika sedang dalam suatu lingkungan kita sibuk dengan gadetnya sendiri, tanpa peduli dengan orang sekitar. Tanpa kdisadari itu bisa menyebabkan rasa individualisme.

Kini sulit untuk mengembalikan keadaan seperti dulu dimana anak-anak masih menyukai permainan-permainan tradisional. Bagaimana indahnya suasana dulu saat bulan purnama anak-anak berkumpul di halaman untuk memainkan permainan tradisional dengan riang gembira. Permainan tradisional di berbagai daerah di Indonesia seringkali dimainkan secara berkelompok. Mereka selalu memainkannya dalam kondisi senang, gembira, atau ceria selalu, supaya mereka terlihat kompak dan tidak dalam kondisi tertekan sekalipun. Dan katanya permainannya pun mengandung unsur filosofi.

Seringkali generasi anak jaman sekarang meremehkan permainan tradisional.  Sepertinya, suasana permainan tersebut mulai hilang secara perlahan-lahan dan tergusur oleh permainan macam Playstation, Game Online, menonton tv, atau segala permainan modern lainnya. Permainan macam ini tidak hanya dinikmati oleh anak-anak saja, tetapi juga orang dewasa. Padahal permainan seperti itu dapat menghabiskan uang banyak dan sifat boros. Dampak yang ditimbulkan pun bisa-bisa menjadi suatu “kecanduan” yang sulit dihilangkan. Bukan berarti permainan modern itu tak selamanya membawa efek buruk bagi anak-anak. Salah satu contohnya ada beberapa siswa di salah satu sekolah di di Indonesia yang dapat menciptakan robot dan juga menjuarai kompetisi permainan modern lainnya, baik tingkat nasional maupun internasional. Tentu saja membawa kebanggaan bagi negara kita.

Adapun sebab-sebab yang membuat anak-anak jaman sekarang jarang sekali memainkan permainan tradisional. Entah karena anak-anak yang tidak suka terhadap permainan tradisional atau memang mereka tidak mengetahuinya? Mungkin salah satu faktornya adalah kurangnya peran orang tua ketika mengenalkan permainan tradisional. Mereka sering membelikan mainan modern yang membuat anak tersebut betah untuk memainkannya. Lalu, lahan bermain semakin sempit dimana anak-anak sulit bermain laying-layang ataupun permainan tradisional lainnya. Lahan yang seharusnya dijadikan untuk membut tempat bermain bagi anak-anak, justru malah digunakan untuk membangun hotel, pusat perbelanjaan, dll.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline