Ada berbagai macam profesi di dunia ini. Dan setiap orang tentuya memiliki profesi yang berbeda-beda pula. Memiliki profesi yang bisa mrncukupi kebutuhan sendiri dan keluarganya adalah impian dan hak setiap orang. Apalagi ditambah sekarang kebutuhan pokok melambung tinggi. Untuk masyarakat menengah kebawah dan yang berpenghasilan pas-pasan harus pintar-pintar memutar otak untuk memenuhi kebutuhannya. Namun tidak bagi seorang pedagang musiman. Hanya di hari-hari tertentu mereka akan bejualan. Dan kadang mereka harus rela menerima kenyataan bahwa mereka pulang ke rumah tanpa uang sepeserpun.
Di alun-alun utara Yogyakarta (20/10) ada beberapa pedagang baju berjejer-jejer. Barang yang mereka penjual belikan macam-macam. Salah satunya Rina (45) wanita asal Klaten yang berjualan baju di alun-alun utara Yogyakarta. Menjadi pedagang musiman di alun-alun utara yogyakarta sebenarnya bukan menjadi profesi keinginannya, tetapi lebih ke pilihan hidup yang harus memilihnya menjadi pedagang musiman. Ia menjadi pedagang musiman semenjak tinggal di Yogyakarta sekitar tahun 1994 karena suaminya orang asli Yogyakarta. Awalnya Rina hanya ikut jualan dengan kakak iparnya. Tapi semenjak anaknya duduk di bangku sekolah dan kebutuhannya semkakin meningkat ia memutuskan untuk jualan sendiri.
Ia nekad berjualan baju untuk menambah penghasilan suami yang juga berpenghasilan pas-pasan. Dengan bermodalkan Rp500.000,00 ia nekad untuk membuka dagangan sendiri. Walaupun penghasilan keduanya tetap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi mau bagaimana lagi, sekarangmencari pekerjaan yang bepenghasilan tinggi susah, apalagi saya cuma lulus SMP dan tidak mempunyai ketrampilan apa-apa, ujar Rina. Namanya saja pedagang musiman, sudah pasti berjualan hanya pada hari-hari tertentu. Seperti yan dilakukan Rina, ia hanya berjualan pada hari Sabtu-Minggu dan liburan semester anak sekolah. Dimana di alun-alun utara Yogyakarta pada saat itu ramai dengan wisatawan. Ia mulai membuka dagangannya dari pukul 08.00 atau setelah selesai mengejarkan pekerjaan rumah tangga. Dan sampai pukul 17.00 sore itu jika hari Sabtu-Minggu. Kalau liburan semester atau ada acara-acara di alun-alun tutupnya bisa sampai malam. Dan itu membawa berkah tersendiri bagi Rina. Walaupun tidak seberapa penghasilannya, tapi alhamdulillah masih ada yang laku, ujar wanita yang dikaruniai 2 anak.
Jika hari liburan semester anak sekolah, lumayanlah ada beberapa yang laku. Sehari bisa laku kurang lebih 5-10 yang setiap harga bajunya rata-rata Rp35.000,00. Itupun kadang masih ada yang menawar. Dan ia tetap memberikannya, walaupun baginya terlalu murah dalam menawarnya. Ada yang menawar Rp25.000,00 ; Rp20,000,00 bahkan ada yang menawar sampai Rp15.000,00. Kalau Rp15.000,00 untuk anak-anak saya kasih, kalau untuk bajudewasa ya tidak minimal Rp20.000,00 , ujar Rina. Daripada pulang tidak membawa uang sama sekali, ya sudah saya kasih saja lumayan bisa untuk jajan anak-anak, ujarnya.itu jika liburan semester ia bisa mendapatkan sedikit penghasilan. Tapi tidak ketikajualan hari Sabtu-Minggu, kadang-kadang tidak ada yang laku sama sekali. Ya seperti hari ini misalnya mba, sampai jam 12.00 belum ada yang laku satupun,rujarnya. Ketika dagangannya tidak laku, sebenarnya saya sedih, tapi mau bagaimana lagi sudah menjad risiko saya sebagai seorang pedagang, tapi dibawa senang ajalah, ujar Rina. Karena baginya berjualan pasti ada untung dan rugi. Kadang-kadang pedagang disebelahnya sudah ada yang laku, punya saya belum sama sekali. Jualan bagi Rina bisa juga untuk sekedar hiburan daripada menganggur dirumah. Karena begitu banyaknya yang bejualan baju dialun-alun , ia harus rela bersaing dengan pedagang-pedagang yang lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H