Lihat ke Halaman Asli

Saiful Bahri. M.AP

Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

Tantangan Kebijakan Makan Bergizi Gratis

Diperbarui: 2 Desember 2024   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu pelajar kelas 1 SDN Jagalan Solo menyantap sajian makan siang bergizi gratis yang diujicobakan di sekolahnya. (https://www.rri.co.id)

Dalam upaya menuju Indonesia Emas 2045, kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci utama. Salah satu fondasi terpenting dalam membangun SDM unggul adalah memastikan setiap anak bangsa mendapatkan akses kepada gizi seimbang. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh pemerintah merupakan langkah strategis untuk memastikan generasi penerus memiliki tubuh dan otak yang sehat untuk tumbuh menjadi individu yang produktif dan kompetitif.

Namun, meskipun program ini memiliki tujuan mulia, perjalanan menuju keberhasilannya tidaklah mudah. Stunting, yang dialami oleh sekitar 24,4% anak Indonesia (UNICEF, 2023), merupakan salah satu tantangan utama yang harus diatasi. Stunting menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak, yang berakibat pada keterlambatan dalam kemampuan belajar dan akhirnya mempengaruhi produktivitas mereka di masa depan.

Program MBG menjadi salah satu upaya pemerintah untuk menangani masalah ini, memberikan akses kepada anak-anak di seluruh Indonesia untuk memperoleh makanan bergizi sejak dini, sehingga dapat tumbuh menjadi generasi yang lebih sehat dan cerdas.

Selain itu, tantangan lainnya adalah koordinasi antar lembaga yang sangat diperlukan agar program ini dapat berjalan dengan efektif. Data dari BPS menunjukkan adanya ketimpangan dalam akses terhadap gizi yang berkualitas antara keluarga kaya dan miskin, yang dapat berdampak pada kesenjangan pendidikan dan kesehatan. 

Program MBG tidak hanya mengharuskan pengelolaan teknis yang baik, tetapi juga memerlukan kerja sama kolektif antara sektor kesehatan, pendidikan, dan sosial untuk memastikan bahwa semua anak, khususnya yang tinggal di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), dapat merasakan manfaat program ini.

Program makan bergizi gratis bukan hanya sebuah kebijakan yang memerlukan pelaksanaan teknis, tetapi juga membutuhkan kerja sama lintas sektor yang terorganisir dan terintegrasi dengan baik. Keberhasilan program ini bergantung pada kemampuan semua pihak untuk berkolaborasi dan memastikan bahwa gizi seimbang dapat dijangkau oleh setiap anak bangsa, tanpa terkecuali.

Pentingnya Gizi Seimbang dalam Membangun SDM Unggul

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gizi yang buruk pada usia dini dapat menghambat pertumbuhan fisik, perkembangan otak, serta daya tahan tubuh anak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh UNICEF menyatakan bahwa sekitar 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami stunting, yang menunjukkan kurangnya gizi pada tahap penting dalam perkembangan anak. 

Stunting tidak hanya berisiko pada kesehatan jangka pendek, tetapi juga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dalam jangka panjang, mengingat bahwa anak yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang mendapat gizi yang baik. Penurunan kemampuan kognitif ini dapat mengurangi potensi generasi masa depan untuk berkontribusi dalam pembangunan sosial dan ekonomi negara.

Di sinilah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) berperan penting. Dengan menyediakan makanan bergizi di sekolah-sekolah dan fasilitas publik lainnya, diharapkan masalah gizi buruk dapat dikurangi, sehingga generasi penerus bangsa dapat tumbuh dengan optimal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline