Lihat ke Halaman Asli

Gunawan Wibisono

TERVERIFIKASI

Palembang, Sumatera Selatan

Puisi: Kolong Tol

Diperbarui: 24 Juni 2023   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi: Masih tentang Kolong Tol

Tiang jemuran itu menghujam dalam pada cor-coran dinding tol berkarat
Leluasanya ia menggantungi sepotong BH putih yang kumal
Ada pula daster sobek dengan warna kuning kusam nan memudar, sepertinya ..
Mata yang telah terlanjur menempel di sana, seakan tak-lah lagi ingin beringsut pergi

Kolong tol, terdapat denyut nafas anak-anak kandung negeri di sana
Mereka menghisap oksigen dari kumpulan kardus bekas dan botol plastik
Jejeran gerobak reyot-pun tampak tegar tergolek menanti sang majikan menggeliat, selalunya ..
Bersama cucuran penatnya, ia setia menangkap terik matahari yang panas membakar

Tiang jemuran itu menghujam dalam pada coran dinding tol berkarat
Sepertinya, ia sengaja menggantung nasib jelata yang bernaung di bawahnya, selama-lamanya
Se-sekali keangkuhan jakarta datang melongok dengan lensa tajam reporternya yang cantik
Sekedar mengabarkan saja bahwa: di bawah tol yang gelap dan pengap itu, menggantung sepotong BH putih kumal dan sebiji daster tua yang sobek

sesekali masa melongok sesa'at, ibukota 24 juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline