Lihat ke Halaman Asli

Gunawan Wibisono

TERVERIFIKASI

Palembang, Sumatera Selatan

Istana Perak

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Tiga puluh jurus berlalu begitu cepat,

Pendekar budiman hanya berkelit menghindar

Tebasan sepasang pedang kembar siluman bukit tengkorak menderu tajam

Nafsu membunuhnya telah membubung di ubun-ubun

(2)

Amarah siluman bukit tengkorak kian meradang ..

Ia merasa sangat dilecehkan,

Jurus tikaman tanpa bayangan andalannya, kiranya hanya menusuk angin

Sama sekali belum mampu melukai si pendekar budiman

(3)

Kini ia berancang-ancang merapal mantera,

Kedua belah tangannya tampak mengepulkan asap hitam

Siluman bukit tengkorak agaknya ingin segera mengakhiri pertempuran

Sejurus kemudian, deru kematian mengepung pendekar budiman

(4)

Ini adalah hari terakhir perburuan Istana Perak

Pertempuran berdarah sesungguhnya telah bermula berpekan yang lalu

Pendekar budiman segera mengerahkan hawa murni

Sekelebat sinar putih melingkupi tubuhnya yang tampak kerempeng

(5)

Duar ..

Ledakan dahsyat dua kekuatan tenaga dalam memecah hening

Siluman bukit tengkorak terhuyung, sepasang pedang kembarnya terpelanting

Mulutnya memuntahkan darah segar ..

(6)

Pendekar budiman kaget bukan kepalang,

Untung ia cepat melindungi dirinya dengan ilmu pamungkas langit-nya

Hingga untuk sementara ia terhindar dari kematian tragis

Pertempuran belum berakhir ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline