Lihat ke Halaman Asli

Gunawan Wibisono

TERVERIFIKASI

Palembang, Sumatera Selatan

Mata Air Jakarta

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Mata air itu menatap Jakarta dengan gigil

Tatapnya tak mau berkedip

Dibiarkannya tubuhnya mengalirkan basah yang beku

Ia tidak sedang pongah

(2)

Lalu, Jakarta dilanda sembab

Ia digenangi gundah

Rona kesedihan begitu kental mewarnai kaki-kaki keteduhan

Curah pilu menggumpal di setiap desah

(3)

Mata air itu tidak datang tiba-tiba

Ia ingat berkail jumlah

Selaksa janji telah berulang melambungkannya pulang

Namun jakarta berkalang ingkar

(4)

Mata air itu menatap Jakarta dengan gigil

Ia tidak sedang pongah

Sudah terlalu lama ia memeluk penat ibukota sendirian

Lalu, Jakarta dilanda sembab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline