Belakangan ini perbuatan Bullying lagi marak di Indonesia. Bullying atau perbuatan intimidasi dari seseorang terhadap seseorang lain untuk menjatuhkan martabatnya sebagai manusia begitu terasa kental dan melekat dalam kehidupan harian kita.
Rata-rata yang mengalami bullying adalah kaum muda namun tidak menutup kemungkinan dialami juga oleh mereka yang tua. Walaupun dirasa kurang manusiawi namun perbuatan semacam ini rasanya tidak berhenti begitu saja. Malah terus meningkat setiap harinya.
Banyak menganggap hal itu wajar dengan beragam alasan termasuk untuk kesenangan semata bahkan di antaranya mengakui bullying sebagai teguran untuk mengubah pribadi seseorang yang dirasanya tidak sama seperti orang pada umumnya.
Dari laporan KPAI pada laman KPAI.go.id dalam kurun waktu 9 tahun terakhir tercatat sudah ada 2.473 laporan bullying yang dialami orang muda di dunia pendidikan maupun media social. Angka ini jelas sangat besar untuk ukuran Indonesia yang menganut paham Pancasialis yang begitu menghargai sesamanya.
Bisa jadi angka ini hanyalah angka yang terlihat di permukaan saja bak fenomena gunung es yang akan meledak seperti bom sewaktu-waktu. Apalagi hadir ditengah gencarnya perkembangan teknologi informasi yang sulit dibendung seperti sekarang dan ditengah pandemic covid 19 yang semakin mewabah hampir di semua wilayah Indonesia.
Iya penulis merasa perlu menulis sedikit dari apa yang ingin ditulis bukan untuk menggurui atapun sekedar menunjukkan diri sebagai orang baik, tetapi hanya sebagai awasan untuk para pembaca untuk perlu merasa dan merasa perlu menjadikan pandemic covid 19 ini sebagai perang bersama bukan sebaliknya memojokkan para pasien covid sebagai korban bullying di media elektronik seperti media social.
Facebook Perang Melawan Penderita Covid
Sebagai salah satu media daring, media social menjadi begitu penting dewasa ini. Saking pentingnya, banyak diantaranya menggunakan media sebagai media berinteraksi dengan orang lainnya. Apalagi media social memberikan kemudahan untuk berbagi pesan melalui suara, gambar dan video. Tidak heran jika media ini menjadi media dengan pemakai terbanyak.
Ambil contoh saja jejaring social Facebook yang menjadi salah satu jenis media social, kini sudah memiliki 2,4 Miliar member di dunia mengalahkan jejaring social lainnya yang terlebih dahulu hadir. Khusus Indonesia media ini memiliki pengguna 120 juta orang dan menempati urutan ketiga di bawah Youtube.
Hal ini tidak mengherankan dan dirasa wajar jika melihat realitas yang ada sekarang. Rata-rata manusia di Indonesia punya akun facebook. Banyak di antaranya menggunakan jejaring ini sebagai wadah berbagi informasi, pengalaman dan lain sebagainya. Positif memang. Namun hal itu sepertinya tidak bertahan lama.
Nyatanya penggunaan facebook dewasa ini sudah menjurus pada hal yang dirasa tidak manusiawi, tidak mendidik dan terkesan tidak beradab lagi khususnya di berbagai grup di jejaring social itu. Banyak pesan berupa video kekerasan terhadap anak, caci maki, ujaran kebencian dan gambar bullying terhadap seseorang bahkan gambar orang meninggal kecelakaan ataupun pembunuhan tanpa sensor pun kerap menghiasi platform media daring ini. Tujuan jelas agar pesan yang disampaikan itu dibaca dan dilihat para pengguna lainnya bahkan diantaranya berharap pesannya itu mendapat respons baik itu untuk mendukung pesan itu maupun sebaliknya.