Pernikahan adalah awal kebahagiaan baru bagi manusia, kebahagiaan dimana saling mendukung, saling melengkapi dengan pasangan. Menjalin kedekatan bersama dengan ridho dari yang maha kuasa. Pernikahan sangat di inginkan siapapun, walaupun menikah bukan hal yang mudah. Butuh proses dalam menyatukan pemikiran yang berbeda. Dalam pernikahan kita pasti butuh ilmu yang dapat menunjang kita kedepanya dan pasti ilmu dalam mengasuh anak atau bisa kita sebut sebagai "parenting."
Orang tua merupakan semesta bagi sang anak. Setiap pola tingkah laku dan bahasa orang tuanya, akan menjadi pengetahuan baru dan sumber perilaku bagi anak.berbicara tengtang anak pasti tidak lepas dari lingkungan, genetic, kecerdasan dan yang paling penting yaitu pola asuh.
Ayah dan ibu memang memiliki peran yang berbeda dalam sebuah kehidupan berumah tangga. Namun harus ada kerja sama di antara keduanya. Karena hal itu kelak menjadi pola pemikiran sang anak yang nantinya pasti akan di tiru.
Ayah adalah sosok pahlawan bagi keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga dan menjadi sosok terhebat bagi anak-anak. Sedangkan ibu adalah sosok pengasih dan penyanyang bagi anak-anak di dalam kehidupan.
Sering kali ditemukan dalam penyelesaian masalah pola asuh, kedua orang tua tidak memiliki kerja sama yang baik sehingga menjadikan anak bingung untuk berpihak ke mana. Misalnya anak pada usia 3-4 tahun, sudah diperbolehkan bermain handphone karena teman sebanyanya juga melakukan hal yang serupa. Oleh sang ibu diperbolehkan, karena dalam pemikirannya hanya untuk bermain-main saja. Sedangkan dalam pandangan ayah, hal itu tidak baik untuk perkembangan motoriknya.
Perbedaan yang sering di anggap sepele, ternyata berimbas besar pada anak. Karena dalam hal ini, peran orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh dalam permbentukan karakter dan kepribadian sang anak beberapa penelitiaan berusaha untuk mengidentifikasi pola asih terkait dengan hasil perkembangan yag positif.
Diana Baumrind menjelaskan empat gaya dasar interaksi antara orang tua dan anak.
Pola asuh authoritarian adalah pola asuh yang kaku dan penuh hukuman. Orang tua yang authoritarian dengan tegass membatasi dan mengontrol anak dengan sangat sedikit diskusi. Misalnya, dalam hal berbeda pendapat mengenai cara melakukan sesuatu. Orang tua yang authoritarian akan mengatakan "kamu harus melakukan apa yang saya katakan atau uang saku sekolah ayah kurangi". Anak-anak yang mengalami kondisi ini anak cenderung kekurangan kecakapan sosial, memperlihatkan inisiatif yang buruk dan cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain.
Pola asuh authoritative atau sering dikenal dengan pola asuh demokrasi, mendorong anak untuk menjadi mandiri namun masih menempatkan batasan dan control terhadap perilaku. Gaya pengasuhan ini lebih kolaboratif. Diskusi sangat diutamakan, orang tua pun bersikap hangat dan membimbing kepada anak. Seorang ayah yang authoritative dapat meletakkan tangan kepada anaknya dengan sangat nyaman dan berkata "kamu tahu seharusnya kamu tidak melakukan hal itu, mari kita bicarakan tentang cara seharusnya kamu dapat mengatasi situasi seperti ini dengan lebih baik nantinya".
Anak merasa lebih nyaman dan menaruh rasa percaya kepada orang tua dengan baik. Anak-anak yang memiliki orang tua authoritative, cenderung lebih baik dalam bersosial, percaya diri, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial.
Pola asuh neglectful adalah pola asuh di mana kurangnya keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak. Kurangnya perhatian dari orang tua menjadikan anak berfikir bahwa, aspek lain dalam kehidupan orang tua mereka lebih penting di bandingkan dengan dirinya. Anak-anak yang memiliki orang tua neglectful cenderung kurang kompeten di lingkungan sosial atau menghadapi kemandirian dengan sangat buruk dan control dirinyapun buruk. Misalnya anak yang masih di bawah umur sudah dibebaskan untuk mengendarai mobil lalu terjadi kecelakaan karena sang anak kurang mampu mengendalikan diri saat mengendari.