Lihat ke Halaman Asli

Hamburg: Notes Tisu Membawaku Terbang Tinggi

Diperbarui: 14 Juli 2016   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dan ini adalah pesona tersendiri dari Hamburg (dokpri)

Winter beranjak menyepi menyisakan tetesan embun untuk menyapa summer, Hamburg dengan pesonanya tersendiri ketika summer mulai berjaga untuk waktunya, desah camar tak lagi nyanyikan lagu balada tetapi justru bersuka cita dengan riuhnya dan tarian di sepanjang membentang luar dermaga. 

Hari-hariku masih ku jalani dengan seperti biasa, tumpukan jadwal kuliah yang semakin menyiksa dan membutuhkan perhatian ekstra ketat, jika kau tidak ingin di depak dan pulang tanpa hasil maka bertanggung jawablah dengan keputusan dan kehidupanmu... hidup sebagai mahasiswa beasiswa memang luar biasa berbeda, tak ada apapun yang gratis di dunia ini semua selalu ada nilai timbal balik...uang saku dari kanselir tiap perbulan hanya cukup untuk biaya foto copy dan transportasi serta sewa flat  dan timbal baliknya semua standart nilai beasiswa aku harus mampu membuat senyum di atas kertas.

Bersyukur di saat winter Tuhan beri jalan keluar dengan pertemukan aku solusi yaitu bekerja paruh waktu part time di cafe ujung blok

Hamburg selalu menggodaku dengan pesonanya sendiri, Tanah air keduaku setelah Indonesia...meski tidak harus mengakar namun Hamburg memberikan aku kenikmatan akan pembelajaran arti perjuangan dan kemandirian hidup

Udara Hamburg yang memikat paru-paruku, sedikit ku jumpai kendaraan dengan emisi tak bertanggung jawab di sini karena hampir sebagian warganya lebih mencintai jalan kaki dan sepeda.

Bangsa besar yang mencintai kesederhanaan dan itu tidak menjadikan mereka terlihat rendah di mata bangsa lain...lalu akankah kita belajar dari kesederhanaan ini semua, akankah kita mampu merasa bangga dengan warna merah putih kita, warna hijau pasport kita, warna coklat kulit badan kita, mungil ukuran tubuh kita, dan bangga meski harus berjalan kaki atau naik sepeda atau mungkin kereta api ketika kita harus pergi dan berangkat kerja atau ke sekolah,kampus atau mungkin ke tempat di mana tujuan kita akan tuju...ini hanya sebuah keinginan dari sekian harapan untuk Indonesia...Pr yang entah kapan akan terealisasi

Keindahan Hamburg ternyata tidak mampu mengobati kerinduanku akan aroma randu di belakang rumah, semua masih selalu sama...apapun itu predikat negeriku,darah Indonesia mengalir di setiap centi ruas aliran darahku

potton (dokpri)

Seperti biasa senja ini cafe tidak terlalu ramai, kupikir karena mungkin bukan hari akhir pekan...setidaknya ada begitu banyak kesempatan aku menuntaskan semua makalah yang harus siap di pertanggung jawabkan

hanya sebuah kata tak beraturan 

Kebodohan dan kenaifan

Rindu udara di mana buaian aku tinggalkan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline