Magnet itu adalah Jepang.
Tidak terlalu berlebihan menganalogikan Jepang demikian.
Meski pertumbuhan ekonomi Jepang bisa dikatakan mandek sejak tiga puluh tahun terakhir—dan Yen terkoreksi melemah terhadap Dollar AS di tahun ini (bahkan terendah sejak 1986), tak menyurutkan niat calon para pekerja asing yang ingin bekerja di Jepang.
***
Berkaca pada populasi.
Menurunnya jumlah tingkat kelahiran di Jepang dan semakin berkurangnya orang dengan usia kerja produktif (baca: akibat kematian) memaksa Jepang untuk terbuka terhadap para pekerja dari negara lain.
Berkaca pada hal itu, proyeksi kebutuhan akan tenaga kerja di Jepang tahun 2040 mencapai lebih dari 6 juta jiwa pekerja asing. Para pekerja ini akan mengisi pos-pos bidang kerja baik sektor formal atau informal di Jepang.
Sekadar informasi, beberapa dekade lalu, Jepang termasuk negara yang sangat tertutup terhadap para pekerja dari luar negara mereka.
Jepang dan aturan negaranya.
Di mana bumi dipijak di situ langit di junjung.
Rasanya peribahasa di atas sangat relevan sebagai sikap menghargai ketika kita menjejakkan kaki di luar dari tempat kita sebelumnya. Termasuk ketika berada di negara orang.
Jepang sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi kultur dan budaya, pun melakukan hal yang sama terhadap orang dari negara lain yang berada di negara mereka—dan bagi pekerja asing yang ingin bekerja di negara Jepang pakem "aturan tuan rumah yang berlaku bukan aturan tamu" adalah sesuatu yang sepertinya sulit untuk ditawar.
Baca juga:
Beberapa Diskursus di Antara Para Pembaca Buku