Lihat ke Halaman Asli

Kazena Krista

TERVERIFIKASI

Photographer, Media Freelancer

Konsisten Menulis di antara Jebakan Rutinitas, Memang Demi Apa?

Diperbarui: 29 Januari 2023   18:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kegiatan menulis (Sumber: Pexel | Foto oleh Julia M Cameron) 

Jujur saja sebagai seorang blogger yang tidak konsisten menulis di Kompasiana dengan rentang waktu yang sudah agak cukup lama, saya merasa perlu untuk menuliskan tulisan ini—anggap saja sebagai bentuk "pemanasan" demi membangun ulang portfolio saya di Kompasiana—meski tidak dalam urgensi apapun saya menuliskannya; meskipun sehari-hari saya selalu disibukkan juga dengan kegiatan menulis, hanya saja di platform dan cara menulis yang berbeda. 

Tidak untuk semua orang

Paragraf kedua tulisan kali ini—yang sekaligus sebagai tulisan perdana saya di tahun 2023—saya buka dengan pernyataan bahwa tidak semua orang SANGGUP menulis!

Mengapa saya katakan demikian? 

Karena menulis adalah sebuah pekerjaan berpikir dan merasa tentang bagaimana seseorang mampu untuk olah pikir dan olah rasa.

Sepertinya sedikit setali tiga uang dengan apa yang dikatakan D’Angelo (1980:5) yang menyatakan bahwa menulis adalah belajar berpikir dalam dengan cara tertentu.

Ya, menulis adalah proses belajar berpikir secara mendalam; cara lain pula untuk berpikir runut. 

Saya tidak mengatakan runut yang saya maksud HARUS dan MUTLAK dari A-Z; tidak ada kamus baku menyoal itu. Saya pun tidak melakukan itu saban kali karena dengan begitu saya tidak leluasa menyelipkan kejutan-kejutan dalam tiap kalimat yang saya buat. Terlepas apapun bentuk tulisan yang saya tulis. 

Menulis tidak sekaku itu, bosku. 

Menurut hemat saya, runut yang saya maksud adalah kepiawaian seseorang dalam menyesuaikan tiap-tiap poin pokok pikiran dengan komposisi yang pas sehingga masih enak dibaca dan dipahami oleh siapapun yang akan membaca tulisan itu. 

Yang dipertaruhkan dalam menulis

Menulis bukan sesuatu yang dilakukan sambil lalu; bukan pekerjaan multi tasking dalam satuan waktu tertentu—menulis membutuhkan ruang waktunya sendiri.

Mungkin bagi siapa saja yang hari-harinya bergelut dengan tulis-menulis, kegiatan menulis bukan menjadi hal yang—terlalu—sulit untuk dilakukan.
Jika bisa saya simpulkan menulis dikerjakan oleh mereka yang memang SENGAJA mengkhususkan waktunya untuk menulis.

Waktu yang dipertaruhkan! 

Ada Omega, ada Alfa

Jadi, jika tak semua orang saja bisa sanggup menulis, lalu bagaimana dengan konsistensi seseorang dalam menulis? Bagaimana pula penerapan konsistensi menulis di antara rutinitas sehari-hari yang jelas-jelas menguras waktu, tenaga, dan pikiran, apalagi ketiga hal tersebut berasal dari pekerjaan atau profesi? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline