Adalah suatu keberuntungan jika profesi atau pekerjaan yang dilakoni linear dengan jurusan yang pernah diambil sebelummya.
Berarti adaptasi yang begitu menyita perhatian itu tak perlu harus dilalui bukan?
Profesi atau pekerjaan dari sesuatu yang sudah akrab kita pelajari dan kita tekuni dalam rentang waktu yang boleh dikatakan tidak sebentar boleh jadi memang sesuai dengan jurusan yang kita ambil—terlepas sebenarnya kita menyukainya atau tidak (baca: karena bosan).
Namun, tidak sedikit pula yang terjadi pada beberapa orang, justeru kebalikannya. Saya contohnya.
Salah jurusan? Tak apa-apa. Tak berdosa juga tah? Mungkin begitu bagi orang-orang yang memang realitis cara berpikirnya.
Tapi, tidak bagi kaum-kaum idealis. Bagi kaum ini, mengkhianati idealisme adalah salah satu bentuk kejahatan—dan percayalah, pun saya pernah menjadi bagian dari mereka. Setidaknya sebelum mata saya terbuka.
Saya yang jebolan Informatika Komputer ini—yang seharusnya akrab dengan pembuatan program dan menjadi seorang Programmer, eh malah justeru sudah mencoba beberapa bidang pekerjaan yang terbilang macam-macam; pun saya yang pernah pula mencatatkan nama saya dengan menjadi bagian dari sekian banyak mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, justeru nyaman main kritik (kadang malah senewen tak jelas) terhadap pemerintah tanpa harus mencemplungkan diri dengan berprofesi yang ada kaitannya dengan politik.
Tak percaya? Sila tengok Twitter saya @kazenakrista_. Saya kerap "nyampah" di sana; atau sesekali pula melalui 1x24 jam di story Instagram saya.
Singkat kata, pekerjaan yang mendatangkan duit untuk saya hingga sekarang justeru jauh sekali dari dua jurusan yang pernah saya pilih tersebut.
Karena saya suka menulis, saya pernah menjadi Script Writer di salah satu radio di kota saya. Lumayan berbilang tahun itu saya lakoni sebelum saya pindah ke radio dengan nama yang berbeda.
Berganti—nama—radio, saya naik "kasta" menjadi Produser. Di sana saya punya program acara sendiri (tak satu melainkan beberapa); program yang saya menjadi Leader-nya.