"Ah, cerita 'putri dan pangeran' lagi! Semua orang, kan, sudah tahu ceritanya! Hal apa yang dapat membuat cerita film ini begitu istimewa?"
Sobat, artikel ini akan mebahas 2 bagian dari Beauty and the Beast, yaitu jalan cerita dan sesudahnya ada fakta film yang baru saja rilis ini. Film ini bukan hanya sekedar cinta-cintaan! Untuk jalan cerita, saya akan cenderung lebih membahas pandangan personal saya, atas insight apa yang saya dapatkan dari kisah ini. Untuk bagian fakta film, saya menggarisbawahi detail yang berarti sehingga sobat dapat menikmati film dengan lebih lagi. Well, tale as old as time means the tale is timeless. Beauty and the Beast adalah cerita yang relatable, sebuah kisah yang bagus bagi semua kalangan. Yuk, simak ulasan saya!
Jalan Cerita: Dimulai dari Sebuah Kesalahan
/Pangeran Gak Punya Hati, Konsekuensi dan Kesempatan
Seorang pangeran yang gagal memiliki belas kasih dan rasa iba. Mudahnya, emang gak punya hati! Terkadang, 'kematian' dari kepekaan akan orang lain bisa berakibat fatal, lho. 'Kutukan' karena 'gak punya hati' itu memang tidak langsung membuat kita menjadi buruk rupa. Namun, dua hal yang saya tangkap dari kisah ini, bahwa 'Kutukan' yang sebenarnya terjadi pada kita bila kita tidak peduli pada orang lain. Kutukan nyata itu adalah:
1) Merugikan orang lain, terutama orang-orang di sekitar kita, yang sesugguhnya nggak bersalah, dan satu lagi,
2) Membuat kita dilupakan orang.
Sang Pangeran dan seluruh isi istananya dikutuk karena sikap dinginnya terhadap seorang penyihir. Sepertinya ia 'hanya' meremehkan penyihir yang menyamar tersebut, namun hal itu tidak disangka-sangka menyebabkan seluruh orang di istananya menderita. Sikap 'being ignorant' ini telah menjadikan Sang Pangeran itu sendiri 'kutukan' bagi orang-orang disekitarnya. So, kalau kau merugikan orang lain karena ketidakpedulianmu, watch out, guys! Lalu, hal lain yang menjadi implikasi dari kerugian itu adalah jadi dilupakan orang. Lama kelamaan, sikap tidak punya hati itu dapat mengakibatkan orang lain pun tidak peduli pada keadaan kita. Akhirnya, kita pun ditinggalkan orang.
That's why, mereka harus menanggung konsekuensi itu for quite a long time. Kata 'thousand years', 'eternally', 'forever', bakal jadi kosakata yang sering banget disebut-sebut. Sampai akhirnya datang harapan, dalam wujud seorang gadis biasa, yang kelihatannya agak keras kepala dan terlalu berani. But this time, they won't put this chance into waste. The thing is, mereka belajar dari kesalahan, dan mereka melakukan apapun demi menjaga harapan itu yang seperti lilin yang bisa padam dalam sekali hembusan.
/Gadis biasa yang tak biasa
Belle nampaknya hanyalah seorang gadis biasa dari sebuah desa kecil yang biasa yang dipenuhi dengan orang-orang yang berpikiran biasa. Dua hal pertama itu mungkin benar dialami olehnya dan kemungkinan besar ia tidak dapat mengubah identitas tersebut (sekalipun ia ingin sekali untuk mengubahnya, like what she said: "there must be more than this provincial life!"), namun ia tidak membiarkan identitasnya dipengaruhi oleh kondisi hidupnya, lingkungan tempat tinggalnya, dan orang-orang disekitarnya. Kadang terkesan lebay penggambaran orang-orang di desanya yang tidak suka membaca dan tidak suka ada orang yang menjadi pintar, bahkan mengejek orang yang memiliki pemikiran diluar orang pada umumnya. But, the truth is, that's the society, the fact is society is as severe as that, man. Tidak perlu jauh-jauh, kapankah terakhir kali sobat meluangkan waktu untuk membaca instead of bergumam kesal pada diri sendiri, mengomentari kehidupan orang lain di Instagram? Atau, apakah seniman dengan idealisme mudah diterima? Saya rasa orang jaman sekarang lebih tertarik dengan lekuk tubuh dan kontroversi ketimbang kontemplasi dan tulisan panjang-panjang kayak tulisan saya ini, hehe. Tapi tak apa. Buktinya, Belle mampu bertahan dengan segala pengetahuannya dan kebijaksanaannya. Bila sobat merasa terkucilkan dan tidak dimengerti oleh orang banyak seperti Belle,
Fakta Film:
Keindahan diversitas, ras, dan penampilan
Kesederhanaan dan reaksi spontan yang 'manusiawi'
Musikalitas yang luar biasa oleh Alan Menken,
Plus part menyanyi yang tidal lebay, justru becerita
Emma Waston dan karakter suaranya yang memberi warna baru pada Disney Princesses
Sekalipun kadang setting tempat dan waktunya agak membingungkan!
Di satu sisi Ayah Belle agak kesulitan mencapai lokasi Istana yang dapat melewati malam untuk sampai, plus keberadaan serigala-serigala buas, namun di sisi lain Belle dan orang-orang desa dapat sampai dengan begitu cepat. Lalu, perhitungan waktu yang kurang saya mengerti, karena seakan dongeng ini sudah lama sekali sehingga jadi legenda, dalam pemikiran saya seharusnya mereka sudah minimal hampir seabad dong, atau sudah bukan generasi para penghuni istana itu lagi yang hidup di saat itu, namun ternyata ada plot twist dimana Ms.Potts bertemu dengan suaminya yang merupakan villager sekampung Belle. Terlebih kecepatan kelopak bunganya jatuh, hmm. Tapi mungkin saya aja ayng kebanyakan berpikir. Hehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H