Kayla Sahani - 28 Oktober 2024 20:00 WIB
Jakarta - Kesetaraan Gender masih menjadi isu yang cukup krusial di seluruh dunia. Masih banyak kejadian yang selalu menyimpang kesetaraan gender. Beberapa kejadian yang masih terjadi di Indonesia di antaranya:
Di beberapa adat dan kultur keluarga, anak perempuan masih menjadi objek untuk membayar hutang budi antar keluarga, karena adanya perjanjian atau balas budi dalam masalah bisnis. Wanita dan anak di Indonesia kerap masih sering mendapatkan kekerasan non verbal dari pasangannya (laki-laki), yang berpontensi menyebabkan trauma dalam rumah tangga. Beberapa produk kebersihan atau kecantikan wanita pun masih dibuat lebih mahal daripda produk khusus laki-laki.
Isu kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan ini sangat penting, tidak hanya karena masalah Kesehatan moral atau masalah mesyarakat yang ditimbulkan, tapi juga karena ancaman kekerasan domestik yang membuat Gerakan dan tindakan Perempuan tebatas di dalam rumah, sehingga membatasi pilihan hidup mereka. Global Burden of Disease mengestimasi bahwa lebih dari 30% Perempuan >15 tahun mendapatkan pelecehan fisik atau seksual dari pasangannya selama masa hidup mereka. Mengetahui insiden dan prevalensi kekerasan menjadi Langkah awal untuk memastikan kebijakan pencegahan tepat sasaran.
Secara umum istilah gender ini menunjukkan adanya perbedaan antara perempuan dan laki-laki baik dilihat dari nilai maupun tingkah lakunya. Gender merupakan konsep hubungan sosial yang memisahkan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki. Perbedaan yang muncul anatara perempuan dan laki-laki ini, dikarenakan adanya perbedaan dari kedudukan fungsi, serta peran dari kedua gender, khususnya dalam kehidupan. Sehingga gender beserta stigma-stigmanya ini adalah sebuah konsep hasil dari pemikiran manusia yang dibentuk oleh masyarakat. Konsep ini memiliki sifat yang dinamis, dapat berubah dan tidak sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Perbedaan konsep yang terjadi ini, dikarenakan adanya perbedaan adat istiadat, agama, budaya, serta suku. Sedangkan perubahan konsep ini disebabkan oleh adanya perjalanan sejarah, perubahan pada bidang politik, sosial, atau budaya (Fibrianto, 2016).
Menurut Mba Selomitha (19thn) “Pengalaman aku sih, aku pernah mengalami situasi pas aku di kelas, pendapat aku dianggap kurang penting sama guru aku dibandingkan pendapat dari cowok-cowok, meskipun aku lagi ngomongin topik yang sama dan menurut aku, aku punya point dari topiknya”
Untuk menanggapi isu ketimpangan kehidupan diantara kedua gender perempuan dan laki-laki, makin banyaklah bermunculan Gerakan-gerakan sosialisme yang bertujuan untuk memperjuangkan kesetaraan. Agar antara perempuan dan laki-laki dapat memiliki hak-hak yang setara, khususnya dalam memperoleh pendidikan yang layak, pekerjaan yang laya, dan yang paling penting Hak Asasi Manusia yang setara, sehingga kita semua bisa mengenal hal ini semua dengan “Kesetaraan Gender”.
Salah satu Gerakan yang sangat berpengaruh besar untuk kesetaraan ini adalah, munculnya Sustainable Development Goals (SDGs) yang memiliki 17 goals. Salah satu goals yang menangani isu kesetaraan gender ini adalah SDGs ke-5 yaitu “Gender Equality”.
Anyway, apasih itu SDGs??