Desa Onje merupakan salah satu desa di Kabupaten Purbalingga, tepatnya di kecamatan Mrebet. Dalam perspektif asal-usul, Onje bisa dikatakan merupakan "Orang tua-nya" Kabupaten Purbalingga. Di tanah Onje itulah, komposisi Jawa-Islam diramu menjadi sumber inspirasi kebudayaan masyarakat Purbalingga.
Kiai Tepus Rumput merupakan pelaksana titah Sultan Pajang untuk membuka tatanan politik yang mendasarkan diri pada konsep "Wali Sanga". Sebagai anak sejarah kadipaten Onje, Kabupaten Purbalingga harus menemukan formula takzim pada orang tua falsafah kesejarahannya itu. Oleh karena itu, lahirlah yang dikenal dengan nama tradisi Grebeg Onje sebagai upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat Purbalingga kepada rahim sejarahnya.
Tradisi Grebeg Onje merupakan tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini di kabupaten Purbalingga, khususnya di Desa Onje. Tradisi ini digelar menjelang bulan Ramadhan dengan dibalut rangkaian ritual budaya Grebeg Onje, sebuah rangkaian ritual yang menandai akhir bulan Sa'ban dan menyambut datangnya puasa atau Ramadhan. Sudah menjadi tradisi, masyarakat menggelar syukuran dalam bentuk nasi penggel yang diberikan kepada para kerabat.
Tradisi Grebeg Onje inilah yang pada perkembangannya menarik untuk diteliti, terutama berkaitan dengan relasi antar kelompok Islam di dalamnya. Apabila merunut pada sejarah, maka desa Onje pada awalnya didominasi oleh kelompok Islam Aboge, dimana mereka memiliki tradisi dan kebudayaan yang begitu khas. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, kemunculan kelompok-kelompok puritan juga menyebar salah satunya di wilayah Onje.
Kelompok-kelompok puritanis merupakan kelompok yang mendasarkan ajaran pada kemurnian Islam, sehingga aspek-aspek kehidupan yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam yaitu al-Quran dan hadis, dianggap bid'ah. Inilah yang kemudian memunculkan dua kelompok Islam yang berbeda dalam memandang tradisi Jawa, yaitu kelompok Islam Nominal (mendukung tradisi Jawa-Islam) dan Islam Puritan (kelompok Islam murni).
Daftar Pustaka:
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/jpa/article/view/6594/2866
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H