Lihat ke Halaman Asli

Tolak Manji: Cerita Perlawanan Kaum Tersingkir

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yang terlewatkan dari aksi gelar diskusi Islam Liberal oleh Irshad Manji & para pendukungnya dan aksi pembubaran oleh organisasi militan Islam adalah bahwa persoalan ini sebenarnya adalah persoalan sosial, tidak sekedar soal agama. Islam Liberal memang selama ini konsisten menyuarakan hak dan kebebasan individual seperti HAM, tafsir liberal atas Quran, kebebasan berpendapat, dan kebebasan memilih. Pada prinsipnya, orang seperti Manji, termasuk juga LKiS dan beberapa elemen lain seperti PMII, NU, selalu membela nilai-nilai kebebasan dan berpandangan libertarian karena memang itulah hak milik tiap individu yang harus dijamin oleh siapapun, terutama negara. Tidak heran jika komunitas Islam Liberal selalu resah jika ada upaya yang mencoba menggagalkan dan membatasi kebebasan bersuara dan berpikir bebas, baik itu dilakukan oleh negara atau masyarakat sipil lain.

Akses untuk kebebasan berpendapat, menyebarluaskan gagasan, dan melakukan mainstreaming ide-ide liberal dalam ranah publik memang menjadi hak setiap warga negara. Saya kira kita semua sepakat akan hal tersebut. Termasuk kita bisa menuliskan ide dalam kompasiana ini. Namun yang perlu ditilik lebih cermat adalah, yang namanya akses dan kesempatan untuk menguasai informasi, beserta teknologinya, ternyata tidak serta merta terdistribusi merata dan tidak bisa dinikmati oleh setiap warga negara. Kelebihan utama Islam Liberal adalah mereka menguasai akses terhadap keterbukaan informasi ini untuk menyuarakan agenda-agenda liberal mereka, sementara sebagian besar warga negara yang lain bisa jadi tersingkir dari struktur liberal ini.

Kemunculan organisasi-organisasi militan yang cenderung kontra terhadap gerakan Islam Liberal ini, dan akhirnya melakukan pembubaran diskusi Manji dan para pengikut Islib (singkatan populer dari Islam Liberal), musti dibaca dalam konteks struktural yang demikian, tidak bisa hanya dibaca secara parsial di permukaan bahwa mereka melakukan kekerasan tanpa sebab.

Dalam situasi liberal, kelompok-kelompok sosial yang selama ini tersingkirkan memang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang menikmati akses atas informasi, teknologi, dan menguasai wacana dominan publik. Kelompok sosial yang tersingkir ini memang sejatinya bisa mampu menggunakan kesempatan untuk memberi perimbangan wacana dalam ranah publik, namun struktur liberal yang demikian tidak memungkinkan hal tersebut terjadi.

Kelas bawah, yang sebagian besar anak-anak muda, sudah lama merasakan keterjepitan sosial ekonomi sehingga mereka ini kebanyakan tidak memiliki jaminan atas pekerjaan, pendidikan yang layak. Terlebih lagi, ketika dunia informasi teknologi ini dibuka secara bebas, posisi mereka yang tersingkir secara ekonomi semakin kerdil karena ketiadaan modal atau alat produksi yang mampu menyuarakan penderitaan mereka.

Semakin pintu liberalisasi ini dibuka lebar, maka yang terjadi justru semakin terasingnya kelas bawah yang sebagian anak-anak muda ini, dari sistem ekonomi-politik yang mereka tempati, sementara itu kelas menengah yang berhasil menguasai struktur liberal, dan tentu disokong oleh funding i.e. modal yang kuat, akan makin berkuasa secara diskursus maupun posisi ekonominya terhadap kelas bawah tadi. Kelompok yang pertama adalah mereka yang terhimpun dalam organisasi-organisasi militan berbasis Islam tadi, sementara kelompok yang kedua adalah orang-orang Islib tadi.

Jadi, saya membaca bahwa pembubaran diskusi Manji adalah bagian dari cerita besar tentang bagaimana mereka yang tersingkir dari sistem ekonomi politik liberal melakukan perlawanan terhadap dominasi kelas menengah yang selama ini hidup nikmat karena menguasai alat produksi informasti dan teknologi dan, dalam banyak hal, ditopang oleh funding internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline