Aku ingin menulis tentang kalian. Sebuah puisi yang indah seperti hujan. Secercah dia akan membawa hangat, lalu sejuk, kemudian gigil yang membuat napas berkabut. Kita akan tergelak. Seperti romantisme riak lembut danau kenangan atau debur ombak pantai impian. Kalian adalah riak danau yang menjinak pada dermaga tertakdir. Dia yang kau sebut belahan mimpi yang bersamamu mewujud nyata.
Kalian terkadang menjelma badai. Menjelma ombak, menjelma arus, menggapai pantai mewujud tsunami atau sekedar gelombang tinggi. Yah, hanya pada pantaiku mungkin namun bukan teluk-teluk sendu dengan pepasir molek dan nyiur gemulai yang menjadi sorga para nabi.
Aku terkadang menjadi sangat manipulatif. Kubawa waktu mengantar pada malam-malam menggairahkan. Ketika burung-burung hitam terjebak di air gelap, mengepak-ngepak sayap kebingungan. Karena penerbang takkan melayang di genangan. Karena pecinta takkan merindu pada keraguan.
Baiklah kalian para penikmat kata. Aku tak kan membuat kalian mabuk pada tuak sajak gelap ini. Kalian jauh lebih meluruh pada kata-kata cair dan manis di gelas-gelas kristal atau botol-botol mahal. Kalian mencandu lalu mabuk lalu melapuk pada hening yang menggoda.
Dan ketika mengurai galau yang mengikat dua bilah sayap dan mencengkram cakar-cakarku. Aku kembali pada api. Mambakar hingga denyut terakhir, melenyap mimpi dan terlahir kembali:
Akulah garam yang tak kalian cari dalam menu makanan. Tapi aku akan hadir dalam setiap santapan, dalam setiap kenangan pada hidangan terbaik, yang kalian pilih tuk menyambung kehidupan.
Depok, 3/11/11
Coretan iseng tanpa bentuk.. hehehe ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H