Desas desus perpolitikan Indonesia semakin kecang semenjak retaknya hubungan sang Presiden Joko Widodo dengan PDIP. Seperinnya Jokowi berada didalam pusaran politik maha dahsyat dinegeri ini. Gaya jualan politik ala Jokowi sepertinya belum mampu dipahami oleh kalangan struktural partai politik, celakanya sang Presiden tidak punya power dalam struktural partai. Gerakan politik ala Jokowi sepertinya tercium wangi oleh PDIP, apalagi ada statmen salah satu staff preiden yang mengatakan " Terlalu dini kita bicara partai Baru".
Gerakan partai politik sepertinya bergerak cepat, mengantisipasi gerakan ala Jokowi cs. Salah satu strategi adalah menjatuhkan semua antek-antek Jokowi yang berpotensi menjadi kekuatan nantinya dipemilu Presiden yang datang. Coba kita tengok Ahok sang gubernus DKI sedikit lagi dilengserkan oleh anggota DPRD DKI Jakarta lewat hak angket, semua Fraksi setuju dengan hak angket tersebut artinya semua Parpol sefakat untuk menggagalkan Jokowi kembali maju sebagai Presiden yang akan datang. Selain Ahok nasib yang sama juga menimpa Risma sang walikota Surabaya.
Karakter antara Jokowi,Ahok dan Risma kurang lebih sama jualan Politiknya, tetapi akanka mereka mampu membuat sebuah partai Baru dengan nama Partai "Partai Bersih Indonesia". Tentunta kita menunggu Pemilu yang akan datang. Karena hasil pemilu 2009 lalu, memperlihatkan kepada kita bahwa pengguna hak suara ternyata belum linear dengan perilaku atau track record Parpol, buktinya partai2 terkorupsi versi ICW belum menjadi indikator para pemilih.
Semoga semua fenomena politik Indonesia dapat menjelma menjadi Parpol yang benar-benar memperjuangkan Rakyat bukan hanya atas nama Rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H