Sistem penilaian dengan bintang kini sudah menjadi keseharian, seiring dengan maraknya penjualan barang maupun jasa secara daring.
Bukan hanya di marketplace tapi merambah pada hal-hal lain seperti layanan hail-ride (Go-Jek, Grab, Uber, dll) termasuk industri pariwisata.
Saya mencoba mencari referensi kapan sebenarnya sistem penilaian seperti ini mulai diaplikasikan sayang belum ketemu juga.
Walau tidak sempurna karena dipengaruhi pula oleh ekspektasi dan objektivitas pemberi nilai tapi di era perdagangan digital seperti sekarang sebenarnya penilaian semacam ini memiliki dua peran penting.
Pertama, dengan pemberian nilai tersebut calon konsumen mendapatkan gambaran sekaligus membangun ekspektasi terhadap barang atau jasa yang hendak dibeli atau dipesan.
Kedua, bagi penjual barang atau penyedia jasa penilaian tersebut memberikan umpan balik (feedback) terhadap layanan, produk maupun jasa yang diberikan.
Sayang sekali pada kenyataannya tujuan yang diharapkan tidak selalu terwujud, bahkan lama kelamaan mulai kehilangan makna atau setidak-tidaknya melenceng dari tujuan.
Kondisi itu terjadi karena keterlibatan kedua belah pihak yaitu konsumen dan penyedia jasa/penjual.
Peran Konsumen Pada Kegagalan Sistem
Konsumen kerap enggan memberikan ulasan jujur dengan berbagai alasan. Mulai dari dianggap menyita waktu sampai hal-hal subjektif lainnya seperti kenal dengan penjual/penyedia jasa, rasa iba dan sebagainya.
Saya ingat beberapa tahun silam ketika mulai mengenal Amazon ulasan atau review dari pembeli terasa sangat berguna bagi konsumen lain yang sedang dalam posisi melakukan pertimbangan.