Setiap manusia berkebajikan, hanya mau atau tidak mempratikkannya. Ketika berbuat baik dengan tulus, maka tiada perhitungan lagi. Rela berkorban demi kebajikan.
Tema lomba menulis yang keren "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati". Begitu puitis, menyentuh hati, dan menginspirasi.
Idealnya memang demikian. Zaman boleh terus berganti, tetapi tidak boleh terjadi tawar-menawar dalam urusan kebajikan hati. Harga mati.
Perubahan boleh terus terjadi, tetapi nilai dari kebajikan takboleh ditawar lagi.
Namun, berbeda dengan kenyataan yang terjadi. Kebajikan yang ada tidak murni lagi. Takbisa memungkiri. Tidak ada makan siang yang gratis. Katanya.
Apa itu?
Seiring perubahan zaman, kebajikan yang sejatinya tanpa pamrih. Semata karena panggilan hati. Berganti ada syarat dan ketentuan yang berlaku kini.
Bukankah begitu?
Urusan kebajikan memang masih banyak melakoni. Tidak pernah mati. Hanya saja tidak lagi menjadi harga mati. Ada tawar-menawar yang menggoyahkan hati.
Bukankah banyak terjadi dalam kehidupan saat ini. Orang-orang mau berbuat baik, selalu berharap ada timbal balik. Pesan sponsor mesti ada. Besar-besar mencantumkan nama, agar tahu siapa yang berbuat baik itu.
Ibarat kata, kebajikan yang dilakukan mesti ada mendatangkan keuntungan. Secara materi atau keterkenalan.