Bagaimana rasanya saat orang-orang berkumpul bersukacita merayakan malam tahun baru, sementara kita masih tetap harus bekerja?
Saya lupa sudah berapa kali harus melalui malam tahun baru di tempat kerja, sehingga ketika tahun baru tetap bekerja sudah merupakan hal yang biasa.
Tahun baru 2022 ini yang jatuh pada hari Sabtu saya mestinya mendapat giliran libur. Tanpa disangka rekan kerja ingin bertukar hari libur. Karena ada acara dengan keluarga.
Setelah pikir-pikir, saya relakan ia yang libur dan saya yang masuk kerja. Karena di pabrik salah satu di antara kami memang harus berada di tempat. Saya pikir hari Minggu nanti masih bisa libur.
Lagi pula saya masih dalam suasana dukacita, rasanya tidak terlalu bergairah melalui malam tahun baru dengan ramai-ramai. Lebih baik melalui dalam sunyi sambil refleksi diri.
Selama ini saya mendapat pekerjaan yang tidak mengenal hari libur. Seperti memang sudah jodoh dengan pekerjaan seperti ini.
Jangankan tahun baru yang jatuh pada setiap 1 Januari, untuk Idul Fitri dan Imlek atau Natal pun sudah terbiasa harus masuk kerja.
Bahkan saya pernah bekerja di tempat yang bisa libur hari Minggu saja merupakan hal yang mewah. Menunggu berminggu-minggu baru bertemu bisa libur pada hari Minggu.
Ya, waktu itu saya bekerja di sebuah peternakan ayam petelur. Yang pada hari Lebaran pun masih harus masuk karena akan ada karyawan yang masuk juga. Kalau tidak ada yang masuk kerja, ayam-ayam itu mau makan apa? Tidak mungkin puluhan ribu ayam itu cari makan sendiri, kan?
Pengalaman membuktikan pada hari-hari libur tersebut justru lebih repot, karena rekan kerja yang lain kebanyakan libur. Jadi, banyak pekerjaan yang harus dikerjakan juga.