Yang paling menyedihkan itu ketika mau pinjam uang, malahan diceramahi dalam urusan mengelola. Habis itu tidak dikasih.
Saya bisa mengatakan begini karena pernah mengalami sehingga tanpa menyadari air mata membasahi pipi. Ini bukan sekadar air mata kesedihan, tetapi air mata yang menguatkan.
Ada juga memang, setelah memberikan seribu satu nasihat masih berempati memberikan pinjaman. Walaupun sebenarnya ingin menolak demi gengsi, tetapi tetap menerima demi melanjutkan hari. Dalam hati berjanji, ini yang terakhir kali.
Kadang kita tidak mengerti bahwa yang lebih mendesak itu bukan cara pengelolaan uang yang orang lain butuhkan, tetapi segera memberikan bantuan.
Jangan-jangan ceramah kita malah menjadi benteng agar terhindar dari beban memberikan pinjaman dengan segala pembenaran.
Jangan-jangan nasihat kita sekadar omong kosong demi menghindari untuk memberikan bantuan.
Soal menyisihkan penghasilan untuk menabung jauh di lubuk hati sangat ingin. Masalahnya adalah apa yang mau ditabung, bila untuk kebutuhan sehari-hari saja kurang?
Sedih hati ini. Acap kali seseorang membandingkan kondisi dirinya dengan orang lain. Tidak mau tahu kondisi yang sebenarnya. Mungkin juga pernah mengalami kecewa sehingga menjadi trauma.
Kekurangan uang masalahnya bukan selalu soal pengelolaan uang yang tidak baik. Bisa jadi karena memang gaji yang diterima kecil. Tidak mencukupi.
Mungkin juga orang diceramahi hidupnya lebih berguna yang dalam kekurangannya masih rela membantu saudara atau membiayai orangtua di kampung sehingga dirinya kekurangan.