Kala marah yang berkuasa manusia tiada daya menggunakan akal sehat yang ada sehingga apa saja bisa dikata.
Kala marah bukan diri sebenarnya yang bicara sehingga apa yang dikata tak lebih dari omong kosong belaka.
Kala marah kata-kata merajalela tiada jeda bagai senjata yang menembak tanpa mata.
Kala marah yang dikata bisa apa saja karena sudah tak memakai logika yang ada asal bicara tanpa titik koma.
Kala marah rasa cinta sudah tiada sehingga takpeduli dengan siapa bicara oleh sebab itu yang takpantas pun bisa dikata.
Kala marah ibarat gunung berapi yang siap memuntahkan segala isinya tanpa peduli siapa yang terkena dan kehilangan nyawa.
"Kala marah jangan bicara sebab tiada guna yang ada membuat luka menjadi petaka dengan saling menghina.
Kala marah jangan bicara karena akan semakin jadi masalah sehingga lebih baik diam seribu basa sampai amarah reda.
Kala marah jangan bicara sebab setiap kata dapat menjadi bisa yang mematikan tanpa rasa."
Demikian pesan orang bijaksana.
Apakah aku harus berlinang air mata mengingat ketika aku marah entah sudah berapa kata yang bukan hanya sia-sia, tetapi juga membuat hati terluka?